Saham BBRI Naik 61,5 Kali Lipat dalam 2 Dekade

BRI
Direktur Utama BRI Sunarso
Penulis: Shabrina Paramacitra - Tim Publikasi Katadata
10/11/2023, 14.08 WIB

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) tepat 20 tahun melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini (10/11). BRI melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 10 November 2003 silam. Perseroan menawarkan 3.811,7 miliar lembar saham dengan harga Rp875 per lembar.

Apabila mempertimbangkan stock split dan rights issue, sampai saat ini saham perseroan telah naik 61,5 kali lipat dibanding harga saat IPO. Berikut sejumlah pencapaian saham tersebut selama tercatat di BEI dalam dua dekade terakhir:

  • 2003: saham BRI tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada 10 November dengan harga IPO Rp875 per saham dan menggunakan ticker BBRI. Saat IPO, BRI menawarkan 4,76 miliar saham BBRI yang terdiri dari 3 miliar saham dimiliki negara dan 1,76 saham baru.

Pada akhir Desember, kapitalisasi pasar (market cap) BBRI mencapai Rp14,70 triliun.

  • 2007: market cap BBRI menyentuh Rp100 triliun pada November.
  • 2011: pada 11 Januari, BBRI melaksanakan stock split dengan rasio 1:2.
  • 2013: BBRI menembus market cap Rp200 triliun pada kuartal I.
  • 2015: market cap BBRI mencapai Rp300 triliun pada kuartal I 2015.
  • 2017: pada 10 November, seiring perayaan 14 tahun BBRI di bursa, stock split dilakukan kembali dengan rasio 1:5.
  • 2019: market cap BBRI menyentuh Rp500 triliun pada 2019.
  • 2020: pasar keuangan global terguncang akibat pandemi COVID-19. Saham BBRI ikut terimbas.
  • 2021: market cap BBRI kembali menembus angka Rp500 triliun pada kuartal I. BRI melakukan rights issue seiring pembentukan holding ultramikro BRI bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Total raihan rights issue jumbo tersebut mencapai Rp95,9 triliun.

Angka itu terdiri atas Rp54,7 triliun partisipasi nontunai pemerintah berupa inbreng saham Pegadaian dan PNM, serta Rp41,2 triliun cash proceed dari pemegang saham publik. Pencapaian tersebut menorehkan sejarah sebagai rights issue terbesar di Asia Tenggara, peringkat ketiga di Asia, dan nomor tujuh di seluruh dunia.

  • 2022: BBRI menembus pencapaian baru dalam hal market cap, yakni mencapai Rp700 triliun pada kuartal I dan IV.
  • 2023: saham BBRI berkali-kali menembus level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). BBRI menembus level ATH pada perdagangan intraday 27 Juli di angka Rp5.750 per lembar. Level tertinggi itu berlanjut pada perdagangan intraday tanggal 1, 3, dan 8 Agustus.

Seiring kenaikan harga, pada akhir Juli dan Agustus market cap BBRI sempat menyentuh angka tertingginya, yakni Rp871,46 triliun (intraday).

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, BRI terus berfokus pada pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Selain menciptakan value dari aspek ekonomi dan bisnis, BRI juga menghadirkan nilai sosial untuk masyarakat.

“Kita harus menargetkan economic value, seperti pertumbuhan laba dan aset yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan dividen, serta peningkatan harga saham yang akan memberikan value kepada stakeholder,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Jumat (10/11).

Peningkatan harga saham BBRI selaras dengan kinerja perseroan yang pada kuartal III tahun ini dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya tensi geopolitik dunia. Di tengah kondisi ini, BRI Group mampu mencatat peningkatan aset konsolidasian 9,93 persen secara year-on-year (YoY) menjadi Rp1.851,97 triliun.

Pertumbuhan ini diiringi dengan perolehan laba sebesar Rp44,21 triliun, atau tumbuh 12,47 persen (YoY).

Sunarso menjabarkan, BRI memiliki dua strategi untuk tumbuh secara berkelanjutan. Pertama, memberdayakan nasabah melalui pendampingan dan berbagai program. Strategi kedua adalah mencari sumber pertumbuhan baru, serta menyasar segmen ultramikro melalui holding ultramikro bersama PNM dan Pegadaian.