PT BNI Sekuritas menilai bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat di tengah pesta demokrasi Pemilu 2024. BNI Sekuritas memprediksi IHSG bisa menembus level 8400 jika Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed menurunkan suku bunga acuan.
SEVP Research BNI Sekuritas Erwan Teguh mengatakan mengatakan selama ini tahun politik dan pelaksanaan Pemilu Indonesia memberikan hasil positif, sehingga pasar dipercaya juga akan positif tapi penuh kehati-hatian.
Sentimen positif lainnya datang dari fondasi yang kokoh dalam struktur negara serta dorongan global yang kuat menuju energi terbarukan ataupun kendaraan listrik. Hal ini menyebabkan sejumlah perusahaan dapat mencari pendanaan dengan tepat waktu.
Ekspektasi pasar terhadap pemulihan konsumsi dan dorongan investasi, serta pandangan bahwa pendapatan per kapita negara telah melampaui US$ 5 ribu juga meningkatkan prospek pertumbuhan secara keseluruhan.
"Oleh karena itu, BNI Sekuritas yakin kegiatan seperti initial public offering (IPO) dan upaya penggalangan dana lainnya akan terus berlangsung dengan semangat tinggi pada tahun 2024," kata Erwan.
BNI Sekuritas juga memperkirakan potensi penurunan IHSG ke level 6600, sementara potensi kenaikan bisa mencapai 8400. Hal ini tergantung pada dua keputusan The Fed terkait suku bunga. Pertama, IHSG bisa mengalami penurunan jika The Fed tidak memangkas suku bunga acuan. Kedua, IHSG bisa menguat dan menembus level 8400 jika The Fed menurunkan suku bunga acuan dan berhasil mencegah terjadinya resesi di Amerika Serikat.
Selain itu, BNI Sekuritas yakin terhadap optimisme pasar yang kembali meningkat pada awal tahun 2024. Kekhawatiran terhadap inflasi dan resesi mulai mereda, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan kembali normal seiring dengan tren sebelum pandemi Covid-19.
Ekonomi Cina dan Risiko Geopolitik
Erwan mengatakan kondisi ekonomi Cina tetap menjadi perhatian pelaku pasar. Khususnya, dengan banyaknya konsensus yang pesimis terkait risiko di sektor properti, tantangan demografis, dan restrukturisasi rantai pasokan global.
Meskipun demikian, hubungan Amerika Serikat dan Cina mungkin telah mencapai titik terendahnya. Selain itu, risiko tinggi geopolitik tercermin dalam konflik Israel-Gaza yang berpotensi meluas.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diperkirakan kembali ke normal sekitar 5%, dengan risiko inflasi yang mungkin meningkat karena fenomena cuaca El Nino.
"Tim makro ekonomi BNI Sekuritas memperkirakan Bank Indonesia akan melakukan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir 2024 sebagai langkah dalam mendukung pertumbuhan," kata Erwan.
Proyeksi pertumbuhan agregat laba bersih para emiten di bursa diperkirakan sebesar 8% hingga 11% sepanjang 2024. Hal ini didorong oleh sektor konsumen dan keuangan, dengan risiko penurunan masih berasal dari perusahaan komoditas.