Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut jumlah penghimpunan dana di pasar modal Indonesia bakal tembus lebih dari Rp 247 triliun pada akhir 2023 ini.

Hingga 28 Desember 2023, Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal OJK, Luthfy Zain Fuady mengatakan total himpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp 247,06 triliun. 

“Tapi ini masih ada waktu sehari karena hari ini kami di OJK juga masih punya rencana untuk memberikan pernyataan efektif beberapa. Insya Allah lebih dari Rp 247 triliun dana yang dihimpun,” kata Luthfy dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023 di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Jumat (29/12).

Luthfy mengatakan target tersebut dapat dicapai sebab kondisi ekonomi Indonesia yang masih baik. Tak hanya itu, sejumlah indikator ekonomi disebut masih tumbuh positif. Hal itu di antaranya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kapitalisasi pasar atau market cap, penerbitan obligasi, perkembangan dari SCF, jumlah single investor identification (SID), dan perdagangan karbon.

Seiring dengan hal itu, Luthfy menyebut OJK telah memproses sebanyak 211 penawaran umum. Bahkan dari jumlah tersebut, sebanyak 79 di antaranya merupakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

“Ada target juga ada dalam roadmap ya di tahun 2027 itu jumlah emiten tercatat itu sekitar 1100 maka harus ada upaya ke arah sana,” ujar Luthfy.

Dengan demikian, lanjut Luthfy, perlu ada upaya bersama antara OJK dan Self Regulatory Organization (SRO), serta industri untuk menggali potensi-potensi emiten untuk mengumpulkan dana dan mencatatkan sahamnya atau efeknya di pasar modal.

Sebelumnya, OJK menargetkan penghimpunan dana di pasar modal melalui penawaran umum mencapai Rp 175 triliun sampai dengan Rp 200 triliun pada 2024 mendatang. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan target tersebut tidak jauh berbeda dengan target penawaran umum OJK pada tahun ini. Menurutnya, penetapan target tersebut sejalan target pertumbuhan ekonomi dunia seperti International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia atau World Bank. 

“Kami ini tetap optimistis terhadap 2024, tapi tetap konservatif,” kata Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner OJK November 2023, Senin (4/12).

Reporter: Nur Hana Putri Nabila