Maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) dikabarkan akan go public melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 ini. Dengan kabar tersebut, maka rencana IPO yang dulu rencananya digelar pada tahun 2019 menjadi hidup kembali.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengatakan, rencana IPO Lion Air akan mendapat perhatian khusus dari para pelaku pasar. Sebab saat ini industri maskapai penerbangan terbilang masih berat di tengah volatilitas harga minyak mentah dunia yang memicu kenaikan harga avtur.
Apalagi dua emiten maskapai lainnya yang sudah terlebih dahulu IPO di BEI, yakni PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sahamnya tak kinclong. GIIA setahun ini harga sahamnya bahkan anjlok 37,93% ke Rp 72 dan CMPP juga senasib dengan penurunan 28,16% ke Rp 125 per lembar.
“Ya sebenarnya memang image saham - saham penerbangan di Indonesia masih jelek, bahkan GIAA pun tidak bisa memperbaiki image tersebut,” kata William kepada Katadata.co.id, Senin (15/1).
Apalagi kata ia, dana yang diincar lewat IPO terbilang cukup besar. Seperti yang diwartakan Bloomberg pada Jumat (12/1), aksi tersebut membuat maskapai penerbangan yang didirikan oleh Rusdi Kirana ini berpeluang meraih dana segar hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,78 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.563 per dolar AS.
“Apalagi ini incar dana jumbo ya, kalau bisa ada standby buyer sih bagus jadi dipastikan terserap, sisanya tinggal penggunaan dana IPO-nya untuk apa,” ujarnya.
Sementara untuk persiapan sebelum listing, perlu diperhatikan berapa persen saham yang akan dijual ke publik. Jika terlalu banyak misalnya di atas 20% itu menurutnya kurang bagus. Karena indikasinya adalah emiten mengincar pendanaan besar dengan penerbitan saham dan bukan kemampuan operasionalnya sendiri.
Lalu dalam perdagangan sahamnya juga, kalau persentase saham publik terlalu banyak, maka sahamnya terlalu likuid. Hal ini membuat pergerakan harga saham sulit untuk naik.
“Jadi kalau untuk menarik tidaknya, menurut saya akan ditentukan dari berapa persen saham yang akan dilepas dan penggunaan dana IPO-nya,” ucap William
Sebagai informasi, maskapai Lion Air dikabarkan sedang bekerja sama dengan para penasihat keuangan untuk mengeksekusi rencana IPO. Potensi tersebut dapat terlaksana pada akhir 2024 ini.
"Perusahaan dapat mengumpulkan US$ 300 juta hingga US$ 500 juta," kata sumber Bloomberg yang mengetahui informasi tersebut, dikutip Jumat (12/1).
Lion Air sebelumnya menargetkan dapat mencatatkan saham di BEI pada kuartal pertama tahun 2019, namun tertunda. Padahal kala itu, Lion sudah masuk dalam daftar tunggu perusahaan (pipeline) IPO tahun 2019 menggunakan laporan keuangan Juni 2019 dengan estimasi dana yang diincar Rp 14 triliun.
Lion Air merupakan maskapai penerbangan swasta nasional yang didirikan sejak November 1999. Maskapai ini pertama kali beroperasi pada 30 Juni 2000, dengan melayani rute penerbangan dari Jakarta menuju Pontianak dengan tipe Boeing 737-200. Pada saat itu Lion Air hanya memiliki dua unit pesawat.
Katadata.co.id telah menghubungi perwakilan dari Lion Air. Namun pihak manajemen masih enggan membeberkannya. “Saya belum bisa memberikan keterangan,” Danang Mandala, Corporate Communications Strategic Lion Air.