Rencana IPO Lion Air Hidup Kembali, Ini Pandangan Analis

Lona Olavia
15 Januari 2024, 14:43
Rencana IPO Lion Air Hidup Kembali, Ini Pandangan Analis
ANTARA FOTO/Andri Saputra/nym.
Warga memotret pesawat Lion Air tujuan Makassar yang batal terbang saat diparkir di Bandara Sultan Babullah Ternate, Kota Ternate Maluku Utara, Senin (4/12/2023).
Button AI Summarize

Maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) dikabarkan akan go public melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 ini. Dengan kabar tersebut, maka rencana IPO yang dulu rencananya digelar pada tahun 2019 menjadi hidup kembali. 

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengatakan, rencana IPO Lion Air akan mendapat perhatian khusus dari para pelaku pasar. Sebab saat ini industri maskapai penerbangan terbilang masih berat di tengah volatilitas harga minyak mentah dunia yang memicu kenaikan harga avtur.

Apalagi dua emiten maskapai lainnya yang sudah terlebih dahulu IPO di BEI, yakni PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sahamnya tak kinclong. GIIA setahun ini harga sahamnya bahkan anjlok 37,93% ke Rp 72 dan CMPP juga senasib dengan penurunan 28,16% ke Rp 125 per lembar.

“Ya sebenarnya memang image saham - saham penerbangan di Indonesia masih jelek, bahkan GIAA pun tidak bisa memperbaiki image tersebut,” kata William kepada Katadata.co.id, Senin (15/1).

Apalagi kata ia, dana yang diincar lewat IPO terbilang cukup besar. Seperti yang diwartakan Bloomberg pada Jumat (12/1), aksi tersebut membuat maskapai penerbangan yang didirikan oleh Rusdi Kirana ini berpeluang meraih dana segar hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,78 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.563 per dolar AS.

“Apalagi ini incar dana jumbo ya, kalau bisa ada standby buyer sih bagus jadi dipastikan terserap, sisanya tinggal penggunaan dana IPO-nya untuk apa,” ujarnya.

Sementara untuk persiapan sebelum listing, perlu diperhatikan berapa persen saham yang akan dijual ke publik. Jika terlalu banyak misalnya di atas 20% itu menurutnya kurang bagus. Karena indikasinya adalah emiten mengincar pendanaan besar dengan penerbitan saham dan bukan kemampuan operasionalnya sendiri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...