PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menganggarkan capital expenditure (capex) atau belanja modal berkisar Rp 150 hingga Rp 200 miliar untuk 2024 ini. Investor Relation Manager SIDO, Stephanie Setiawan mengatakan bahwa sebagian besar anggaran yang dialokasikan akan digunakan untuk maintenance perusahaan. 

Ia menyebut realisasi capex tahun sebelumnya hanya sekitar Rp 50 miliar karena kinerja yang kurang memuaskan.  “Karena memang performance kita kurang baik tahun lalu jadi memang kita ada sedikit hold beberapa maintenance di pabrik kita jadi kita mundur sedikit ke 2024,” kata Stephanie dalam kanal youtube Mirae Asset Sekuritas, dikutip Jumat (15/3).  

Selain itu, Stephanie mengatakan sebagian dari alokasi capex juga akan digunakan untuk peningkatan kapasitas di bidang farmasi. Menurut Stephanie perusahaan juga telah melakukan pembelian tanah sebelumnya sekitar Rp 72 miliar untuk ekspansi, namun belum dicatatkan sebagai aset karena masih dalam proses pengurusan akta.

“Sehingga masih dicatatkan sebagai advance gitu, jadi mungkin di tahun ini akan ada reklasifikasi terkait dengan hal itu,” ujarnya. 

Stephanie juga menjelaskan saat ini persentase utilisasi pabrik perusahaan berada pada tingkat yang berbeda-beda. Rata-rata, utilisasi pabrik untuk produk herbal dan produk FNB (Food and Beverage) berada di sekitar 50%. 

Sementara itu utilisasi pabrik untuk produk Farma lebih tinggi, mencapai sekitar 85%. Oleh karena itu, perusahaan telah mengalokasikan capex untuk ekspansi kapasitas produksi di tahun ini.

Adapun berdasarkan laporan keuangannya tahun buku 2023, kinerja SIDO tercatat kurang impresif setelah mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk selama tahun 2023 turun 13,95% menjadi Rp 950,64 miliar, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,10 triliun.

Tak hanya itu, pendapatan penjualan SIDO juga turun 7,75% menjadi Rp 3,56 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,86 triliun. Beban pokok penjualan juga mengalami penurunan menjadi Rp 1,54 triliun pada tahun 2023, dibandingkan dengan Rp 1,69 triliun pada 2022. 

Dengan demikian, total aset perseroan per 31 Desember tercatat Rp 3,89 triliun, turun dari posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 4,08 triliun. Rincian lainnya, total aset lancar turun menjadi Rp 2,06 triliun dari Rp 2,19 triliun, sementara aset tidak lancar turun menjadi Rp 1,82 triliun dari sebelumnya Rp 1,88 triliun.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila