Bursa Saham Korsel Anjlok 10%, Perdagangan Sempat Dihentikan Sementara

ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji/hp/cf
Kim Hong-Ji Seorang pedagang saham bekerja di papan elektronik yang memperlihatkan harga saham KOSPI (Korea Composite Stock Price Index) dan harga tukar antara dolar Amerika Serikat dan won Korea Selatan, di sebuah ruang transaksi sebuah bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis (12/3/2020).
5/8/2024, 15.19 WIB

Pasar saham Korea Selatan menandai sesi terburuknya sejak krisis keuangan global tahun 2008. Bursa Efek Korea bahkan sempat menghentikan perdagangan selama 20 menit karena indeks KOSPI turun lebih dari 8%, yang merupakan batas dari pembekuan perdagangan atau trading halt

Ini merupakan trading halt pertama kalinya sejak awal Covid-19 empat tahun lalu. Pada perdagangan hari ini, saham teknologi merosot di tengah kekhawatiran resesi AS.

Indeks Harga Saham Gabungan Korea atau KOSPI mengakhiri sesi dengan penurunan 8,8% pada 2.441,55. Ini merupakan persentase penurunan terbesar sejak 24 Oktober 2008.

Selama sesi tersebut, KOSPI turun sebanyak 10,8%, memicu trading halt untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.

Khawatir Perlambatan Ekonomi AS

KOSPI turun lebih dari 14% dari puncak enam bulan di 2.860,42 yang dicapai pada bulan Juli. Perusahaan chip Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing kehilangan 10,3% dan 9,9%, mengikuti kerugian besar pada Philadelphia Semiconductor Index.

"Pasar telah memasuki wilayah ketakutan ekstrem di tengah kemerosotan saham teknologi besar AS, kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi AS, dan penurunan tajam di pasar Asia," kata Kim Dae-jun, analis, Korea Investment Securities dikutip dari Reuters, Senin (5/8).

Di pasar Asia yang lebih luas, MSCI Asia Pacific ex-Japan Index, turun lebih dari 2%, sementara Nikkei Jepang (.N225), opens new tab, turun 12,4%.

Sebelumnya pada hari itu, otoritas Korea Selatan mengeluarkan beberapa komentar untuk menenangkan sentimen investor, dengan menteri keuangan berjanji untuk menanggapi volatilitas pasar yang meningkat menurut rencana darurat.

Kontrak berjangka saham AS anjlok lebih dari 2% pada jam perdagangan Asia pada hari Senin, setelah penurunan tajam pada hari Jumat lalu akibat data ketenagakerjaan yang lemah sehingga meningkatkan kekhawatiran akan memburuknya pasar tenaga kerja dan berpotensi membuat ekonomi rentan terhadap resesi.