Luncurkan Single Stock Futures (SSF), BEI Targetkan 1 Juta Kontrak pada 2025

Katadata/Hufaz Muhammad
Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan total volume 850 ribu kontrak sampai dengan satu juta kontrak pada perdagangan instrumen Single Stock Futures (SSF) di tahun 2025.
22/8/2024, 16.25 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan total volume 850 ribu kontrak sampai dengan satu juta kontrak pada perdagangan instrumen Single Stock Futures (SSF) di tahun 2025.  

Single Stock Futures (SSF) merupakan produk derivatif berupa kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. SSF menggunakan underlying saham konstituen Indeks LQ45, dengan satuan kontrak sebanyak 100 saham. 

Aset dasar atau underlying asset SSF terdiri atas lima saham dari konstituen LQ45. Kelima saham tersebut adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis I BEI, Firza Rizqi Putra, mengatakan bahwa tahun depan BEI akan terus aktif melakukan sosialisasi setelah para investor memahami risiko dan keuntungan dari instrumen derivatif tersebut.

“Maka untuk target tahun ini adalah lebih kepada pengenalan dari produk derivatif kepada investor pasar modal dan melakukan edukasi dan sosialisasi,” kata Firza dalam edukasi wartawan secara virtual, Kamis (22/8).

SSF juga merupakan perjanjian atau kontrak antara duabelah pihak untuk menjual atau membeli suatu saham dengan harga yang disepakati sebelumnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Terdapat dua jenis kontrak dalam SSF: 

1. Kontrak Long (Beli) 

Dalam kontrak ini, investor SSF akan mendapatkan keuntungan apabila harga saham pada saat jatuh tempo kontrak naik. Hal ini karena investor telah mengunci harga pembelian yang lebih rendah dibandingkan harga di pasar yang lebih tinggi. 

2. Kontrak Short (Jual) 

Pada kontrak ini, investor SSF akan mendapatkan keuntungan apabila harga spot turun. Hal ini karena investor telah mengunci harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga di pasar yang lebih rendah. 

Firza mengatakan manfaat dari SSF ini memberikan investor peluang untuk melindungi nilai portofolio dan meraup keuntungan ketika pasar sedang dalam kondisi bearish atau turun. Selain itu, SSF memungkinkan investor untuk memperoleh saham hanya dengan membayar margin awal, namun tetap memperoleh keuntungan setara dengan membeli saham.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menambahkan, SSF merupakan pelengkap produk derivatif yang sudah dimiliki bursa. Dengan demikian, Jeffrey mengingatkan bahwa meskipun investor telah mengetahui celah potensi keuntungannya, tetapi harus tetap berhati-hati terhadap risikonya. 

Ia pun berharap investor bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan perlu memahami karakteristik produk SSF. Hal itu termasuk risiko hingga strategi yang tepat, baik saat ekspektasi terhadap aset dasar SSF naik maupun turun. “Sehingga investor bisa mendapatkan keuntungan yang optimal tetapi tetap selalu rasional dalam mengambil keputusan,” ujar Jeffrey.  

Perbandingan Saham dengan SSF (Dok. BEI)

Peluncuran SSF Sempat Tertunda

Produk SSF awalnya dijadwalkan akan meluncur pada kuartal I 2024, namun tertunda sebab BEI masih menunggu momentum pasar yang tepat. Akan tetapi, Jeffrey menyebut bahwa kondisi pasar, baik secara global maupun di bursa, telah menunjukkan tanda-tanda perubahan yang mengarah ke tren bullish atau naik.

Alasan lainnya adalah kesiapan anggota bursa derivatif. Saat ini, ia mengatakan sudah ada satu anggota bursa derivatif, yaitu Bina Artha Sekuritas, yang telah mendapatkan izin untuk menyelenggarakan perdagangan produk-produk derivatif. Selain itu, ada tiga sekuritas lain yang sedang dalam proses untuk menjadi anggota bursa derivatif.

“Harusnya sudah sangat dekat untuk siap diberikan izin oleh bursa karena kesiapan sistem maupun administrasinya sudah ada di tahap final,” kata Jeffrey.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila