PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan transasksi crossing saham di pasar negosiasi senilai Rp 2,08 triliun pada Rabu (9/10). Berdasarkan data D’Origin, nilai transaksi crossing saham BUKA itu berada di atas harga pasar, yakni di harga Rp 155 per lembar saham. Padahal, saham Bukalapak sepanjang hari ini diperdagangkan di rentang Rp 132–150 per lembarnya.
Apabila melihat pergerakan sahamnya, saham BUKA ditutup turun 2,72% ke Rp 143 pada perdagangan siang ini, Rabu (9/10). Volume yang diperdagangkan tercatat 1,49 miliar dengan transaksi Rp 212,03 miliar, dan kapitalisasi pasarnya Rp 14,75 triliun.
Dalam seminggu terakhir, saham BUKA naik 19,17% dan melejit 25,44% dalam sebulan terakhir. Padahal pada Senin (7/10) saham BUKA melesat 25,22% ke level Rp 144 per lembae saham.
Tak hanya itu, pada Selasa (8/10) kemarin, sahamnya juga menguat 2,08% ke Rp 147 dengan volume yang diperdagangkan 1,48 miliar. Kemudian Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta penjelasan lebih lanjut kepada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) usai sahamnya melejit pada Senin (7/10).
Pasalnya, kenaikan harga saham BUKA di tengah kabar Bukalapak akan dicaplok oleh e-commerce asal Cina, Temu. Tak hanya itu, aplikasi belanja online tersebut sudah tiga kali mengajukan izin ke Indonesia, namun selalu ditolak.
Corporate Secretary Bukalapak, Cut Fika Luthfi menegaskan bahwa kenaikan harga saham pada saat itu merupakan reaksi pasar terhadap informasi terkait rencana akuisisi perseroan yang belum diverifikasi kebenarannya dan tidak pernah dikonfirmasi oleh manajemen.
Ia menekankan bahwa spekulasi pasar berada di luar kendali Bukalapak. Oleh karena itu, perseroan mengimbau agar para pemegang saham publik lebih berhati-hati dalam merespons informasi yang belum terverifikasi.
“Investor dapat memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan sebelum membuat keputusan investasi terkait Bukalapak,” kata Cut Fika dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Rabu (9/10).