Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkap penyebab lesunya minat perusahaan teknologi untuk melantai di bursa sepanjang tahun ini. Dari daftar pipeline penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), BEI mencatat ada 29 calon emiten yang bersiap IPO, namun tak satu pun berasal dari sektor teknologi.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa ada dua faktor penting yang perlu diperhatikan ketika membahas sektor tertentu. Pertama, kesiapan para pengusaha, seperti apakah mereka merasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk melantai di bursa.
Nyoman mengatakan hingga saat ini, BEI belum menerima perusahaan teknologi yang siap melantai. Kedua, kondisi pasar dan dinamika bisnis terus berubah. Berbeda dengan tren IPO sebelumnya, sektor teknologi sempat menjadi tren yang berkembang pesat dan banyak perusahaan yang masuk ke pasar pada periode tersebut.
“Nah pada saat krisis kemarin, perusahaan startup yang berbasis teknologi itu appetite dari investor berkurang,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (12/11).
Di samping itu, ia menegaskan bahwa dunia terus berubah. Saat itu tingginya minat atau interest mendorong investor untuk berinvestasi pada instrumen yang menawarkan imbal hasil tinggi, termasuk startup teknologi.
Saat ini, kata Nyoman, dengan penyesuaian suku bunga, seharusnya ada peluang bagi startup untuk kembali berkembang. Namun, keputusan kapan untuk melantai di bursa tetap tergantung pada perusahaan.
“Tapi dari signalling market harusnya perusahaan startup akan tumbuh lagi,” ujarnya.
Meski begitu, Nyoman menyebut BEI proaktif mencari perusahaan teknologi yang potensial untuk IPO. Ia menegaskan tidak membedakan ukuran perusahaan, baik kecil, menengah, atau besar, semuanya dianggap sebagai calon perusahaan tercatat. Tak hanya itu, BEI juga memiliki papan akselerasi untuk perusahaan yang lebih kecil dan program IDX Incubator untuk membina calon IPO yang masih tahap awal.
Berikut jumlah emiten yang tengah mengantre IPO berdasarkan sektornya:
3 perusahaan dari sektor material dasar
2 perusahaan dari sektor konsumer primer
5 perusahaan dari sektor konsumer non primer
5 perusahaan dari sektor energi
3 perusahaan dari sektor finansial
3 perusahaan dari sektor kesehatan
3 perusahaan dari sektor industri
1 perusahaan dari sektor infrastruktur
3 perusahaan dari sektor properti dan real estate
0 perusahaan dari sektor teknologi
1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik