Emiten distributor dan perdagangan besar buah-buahan impor, PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH) menargetkan pendapatan sebesar Rp 2 Triliun pada tahun buku 2024.
Direktur Segar Kumala Indonesia, Vianita Januarini, mengungkapkan bahwa pada tahun sebelumnya, perusahaan berhasil mencapai pendapatan sebesar Rp 1,78 triliun. Perolehan tersebut naik sebesar 28,7% secara year on year (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dengan demikian perusahaan tetap optimis dapat mendongrak pendapatan perusahaan pada akhir tahun ini. Hal itu denganmemanfaatkan lonjakan permintaan produk buah segar yang biasa terjadi selama periode perayaan Natal hingga menjelang Tahun Baru.
Meskipun ada kabar mengenai penurunan daya beli masyarakat dalam beberapa waktu terakhir, BUAH tetap mampu mempertahankan kinerja yang positif dan mencatatkan pertumbuhan yang baik sepanjang tahun 2024.
“Kami optimis untuk mendapatkan hasil baik melalui momentum hari raya natal dan menyambut tahun baru sehingga kami dapat mencapai target yang diharapkan,” kata Vianita dalam keterangannya, Senin (25/11).
Sebelumnya mencatatkan penjualan Rp 1,57 triliun pada periode Januari-September 2024, tumbuh 17,2% secara tahunan . Penjualan yang positif ini terutama didukung oleh penjualan dari segmen buah-buahan dan ayam beku.
Direktur Segar Kumala Indonesia, Renny Lauren, mengatakan kinerja penjualan yang positif ini tidak terlepas dari strategi perseroan untuk terus ekspansi menjangkau daerah baru dalam mendistribusikan produknya.
Baru-baru ini, BUAH membuka dua cold storage di area Samarinda dan Pekanbaru. Jika dilihat khusus untuk kuartal III 2024, BUAH mencatat penjualan Rp 646,25 miliar. Secara kuartalan, angka penjualan ini menunjukkan kenaikan 41,24% dibandingkan dengan kuartal II 2024 sebesar Rp 457,54 miliar.
Laba kotor BUAH pada sembilan bulan pertama tahun ini naik 13,4% yoy menjadi Rp 123,4 miliar. Adapun laba usaha BUAH turun 3,08% menjadi Rp 31,81 miliar akibat kenaikan pada pos beban operasional. Menurut Renny, BUAH juga mencatat penurunan laba bersih sebesar 9,31% menjadi Rp 23,67 miliar dibandingkan dengan periode Januari-September 2023.
"Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor kunci, termasuk meningkatnya angka promosi dan kenaikan biaya operasional, serta kenaikan kurs mata uang asing selama periode tersebut," ujar Renny, Kamis (25/10).