AADI Pisah dari ADRO, Seberapa Besar Dampak Keuangan ke Alamtri Resources?

Nur Hana Putri Nabila/Katadata
PT Adaro Andalan Indonesia (AADI), anak usaha PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (5/12).
5/12/2024, 14.10 WIB

PT Adaro Andalan Indonesia (AADI), anak usaha PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (5/12). Langkah ini menarik perhatian, mengingat AADI selama ini menyumbang sebagian besar aset dan pendapatan ADRO. Bahkan, kontribusi laba dari AADI tercatat melebihi 100%.

Namun, dengan berpisahnya AADI dari induk usahanya, bagaimana nasib kinerja keuangan ADRO ke depannya? 

Direktur Utama AADI, Julius Aslan, menjelaskan bahwa pemisahan ini bertujuan untuk memastikan kedua perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri. Ia menambahkan, khusus untuk Alamtri, langkah ini diharapkan membuka peluang pendanaan yang lebih luas setelah melepaskan aset batu bara termalnya.

Nah dengan pendanaan yang tidak terbatas tentunya grow di dalam renewable akan lebih besar dan dua-duanya bisa grow tetapi tentunya beda, ya,” kata Julius kepada wartawan di Gedung Bursa Efek (BEI), Jakarta, Kamis (5/12). 

Lebih lanjut, Julius menambahkan bahwa ADRO akan terus tumbuh dengan mengandalkan produktivitas dan efisiensi, terutama dalam bisnis batu bara termal. Menurutnya, kunci keberhasilan di sektor tersebut adalah menjaga biaya produksi tetap rendah, sehingga perusahaan dapat bertahan di berbagai kondisi harga pasar. 

Ia mengingatkan bahwa pada tahun 2020, harga batu bara pernah turun tetapi Alamtri tetap mampu bertahan. Hal itu berkat efisiensi yang menjadi core competence dan telah terintegrasi sebagai DNA perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2024, AAI menyumbang 52,9% dari total aset ADRO. Kemudian laba bersih AAI bahkan melebihi laba bersih ADRO, mencapai 104,8%. Selain itu, kontribusi pendapatan AAI terhadap pendapatan ADRO tercatat sebesar 89,4%.

No.Komponen Nilai Transaksi MaterialAAI (dalam US$ ‘000)ADRO (dalam AS$ ‘000)Persentase
1Total aset AAI dibagi total aset Perseroan nilainya sama dengan atau lebih dari 20%.US$ 5.433.038US$ 10.264.46 352,9%
2Laba bersih AAI dibagi dengan laba bersih Perseroan nilainya sama dengan atau lebih dari 20%.US$ 922.767*)US$ 880.189104,8%
3Pendapatan usaha AAI dibagi dengan pendapatan usaha Perseroan nilainya sama dengan atau lebih dari 20%.US$ 2.656.511US$ 2.972.83589,4%

*) termasuk nonrecurring gain sebesar US$ 322.936 ribu yang dieliminasi pada laba bersih Perseroan.

Tujuan ADRO Jual Saham AAI

Manajemen Adaro mengungkapkan, ADRO berencana memisahkan bisnis tambang dan sejumlah bisnis pendukung di bawah PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) melalui pilar Adaro Minerals dan Adaro Green. Langkah ini bertujuan mempertahankan sinergi kuat dari integrasi bisnis di sektor-sektor yang saling terkait. 

Strategi pemisahan ini diharapkan akan memaksimalkan kinerja AAI dan memperkuat pilar bisnis non-batu bara termal, dengan memungkinkan setiap unit usaha fokus pada pengembangan keunggulan inti masing-masing. 

Langkah ini juga akan memberikan akses lebih luas bagi bisnis hijau perseroan terhadap berbagai sumber pembiayaan, menekan biaya pendanaan menjadi lebih kompetitif, dan membuka peluang lebih besar untuk terlibat dalam proyek-proyek ramah lingkungan bersama mitra strategis global.

Saham Adaro Andalan (AADI) Sentuh ARA Melesat 19,82%

Harga saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dibuka melesat 19,82% atau 1.100 poin ke level Rp 6.650 per lembar dan menyentuh Auto Reject Atas (ARA). 

Auto Reject Atas (ARA) adalah batas kenaikan harga saham tertinggi yang diperbolehkan dalam satu hari perdagangan. Saat saham menyentuh ARA, sistem akan secara otomatis menolak pesanan untuk membeli atau menjual efek. AADI menjadi emiten ke-40 di bursa pada tahun ini dan menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek perseroan.  

Volume saham yang diperdagangkan tercatat mencapai 167,4 ribu dengan nilai transaksinya Rp 1,11 miliar. Adapun frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 674 kali, sedangkan kapitalisasi pasar emiten ini mencapai Rp 51,79 triliun.  

Direktur Utama Adaro Andalan Indonesia Julius Aslan mengatakan,  perusahaan bertujuan mengoptimalkan struktur permodalan untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan aset yang dimiliki melalui. Ia menjelaskan bahwa perusahaan, melalui anak usahanya, beroperasi di sektor pertambangan batu bara termal, logistik, pengelolaan lahan, pengelolaan air, ketenagalistrikan, dan investasi. 

Dengan model bisnis terintegrasi sepanjang rantai pasokan, ia menegaskan perusahaan mampu meraih keunggulan operasional dan efisiensi biaya demi bersaing di tengah tantangan kondisi makro. “

Kami tetap optimis dengan prospek pasar batu bara termal global yang ditopang oleh pertumbuhan permintaan energi,” ucapnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (5/12).  

Dalam penawaran umum perdana saham atau initial public offering/IPO, perusahaan mematok harga IPO Rp 5.550 per lembar. Nilai ini merupakan batas tengah dari harga book building di rentang Rp Rp 4.590-Rp 5.900 per lembar.    

AADI melepas sebanyak 778,68 juta saham atau setara 10,00% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi korporasi tersebut anak usaha PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) meraup dana segar bernilai jumbo sebesar Rp 4,32 triliun.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila