Emiten Low Tuck Kwong (BYAN) Dapat Fasilitas Kredit Rp 2,01 T dari Bank Mega

Bayan
Emiten milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mendapatkan fasilitas pinjaman dengan total nilai US$ 125 juta atau setara Rp 2 triliun dari Bank Mega.
17/12/2024, 13.26 WIB

Emiten milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mendapatkan fasilitas pinjaman dengan total nilai US$ 125 juta atau setara Rp 2 triliun (dengan kurs Rp 16.069) dari Bank Mega.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) perusahaan sudah menandatangani perjanjian pemberian fasilitas perbankan pada 13 Desember 2024.

"Fasilitas perbankan tersebut berupa fasilitas kredit demand loan dan sublimit untuk Bank Guarantee/Standby Letter of Credit dengan nilai yang melebihi dari US$ 100 juta. Fasilitas BG/SBLC sebesar US$ 25 juta," jelas Direktur Urusan Korporasi dan Sekretaris Perusahaan Jenny Quantero, Selasa (17/12).

Fasilitas pinjaman tersebut memiliki jangka waktu selama 36 bulan sejak penandatanganan perjanjian fasilitas. Adapun fasilitas perbankan tersebut digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan kegiatan operasional bagi perseroan dan anak perusahaan.

Fasilitas ini dijamin oleh jaminan perusahaan yang diberikan oleh PT Bara Tabang yang merupakan anak usaha dari Perseroan. Perseroan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan alokasi ana dalam rangka membiayai kegiatan operasional perseroan dan anak perusahaannya.

Laba Bayan Resources (BYAN) Anjlok 48% di Semester I 2024

PT Bayan Resources Tbk (BYAN) membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 376,76 juta atau Rp 6,09 triliun pada semester I 2024. Angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 48% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan periode yang sama 2023 sebesar US$ 725,85 juta atau Rp 11,72 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dikutip Jumat (2/8), pendapatan emiten batu bara itu juga merosot sebanyak 25% menjadi US$ 1,53 miliar atau Rp 24,82 triliun per Juni 2024 dari periode yang sama tahun lalu US$ 2,03 miliar (Rp 31,7 triliun).

Secara rinci, pendapatan dari penjualan batu bara kepada pihak ketiga turun 27% menjadi US$ 1,41 miliar (Rp 22,68 triliun) per Juni 2024. Kemudian, penjualan batu bara kepada pihak berelasi naik 25% menjadi US$ 116 juta (Rp 1,88 triliun). Kemudian kontribusi segmen non-batu bara naik menjadi US$ 4,40 juta (Rp 71,4 miliar) dari sebelumnya US$ 3,58 juta (Rp 57,99 miliar).