Kisi-Kisi Dividen Emiten Boy Thohir (ADRO), Intip Prospek dan Target Saham

Website Alamtri
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
7/8/2025, 09.36 WIB

Emiten milik konglomerat Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), yang sebelumnya dikenal Adaro Energy Indonesia, mulai mengalihkan fokus dari batu bara termal ke industri-industri strategis masa depan. Melalui anak usahanya PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR), kini ADRO mengembangkan bisnis metcoal dan aluminium hijau.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Farras Farhan, menjelaskan usai menyelesaikan divestasi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), ADRO kini mengarahkan strategi bisnisnya pada logam rendah emisi. Hal ini didukung oleh cadangan batu bara metalurgi ADMR sebesar 292 juta ton dan pembangunan pabrik peleburan aluminium berbasis energi air berkapasitas 500.000 ton per tahun. 

“Siap menyambut gelombang kendaraan listrik (EV) dan dekarbonisasi industri, ADRO tengah membentuk ulang dirinya sebagai platform energi industri generasi baru di Indonesia,” ujar Farras dalam risetnya, dikutip Rabu (7/8).

Farras juga menyebut ADRO kini sedang bertransformasi dengan cepat menjadi platform terintegrasi untuk mendukung transisi menuju energi bersih. Ia menyebut ADMR unit bisnis yang fokus pada batu bara metalurgi dan logam hijau, menargetkan kenaikan produksi menjadi 6,6 juta ton pada tahun 2025. 

Farras mengatakan pencapaian ini akan ditopang oleh cadangan sebesar 980 juta ton dan proyeksi kapasitas produksi sebesar 6 juta ton per tahun pada 2027.

Di sisi hilir, pabrik peleburan aluminium berkapasitas 500.000 ton per tahun yang mendapat pasokan energi dari pembangkit listrik KPI berdaya 1.060 MW dijadwalkan mulai beroperasi pada kuartal pertama 2026. Farras menilai fasilitas ini akan menjadi pijakan awal untuk mewujudkan visi kapasitas hingga 1,5 juta ton per tahun. 

Sementara itu, SIS, unit layanan pertambangan milik grup Adaro, ditargetkan menangani 277 juta unit pada 2026. SIS diperkirakan menghasilkan pendapatan sebesar US$ 831 juta, dengan biaya operasional dasar yang stabil di angka US$ 1,9 per ton. 

Di sektor energi terbarukan, Adaro Green mendorong pengembangan kapasitas lebih dari 1,3 GW, termasuk proyek unggulan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mentarang berkapasitas 1.375 MW.

“Bersama-sama, mereka mencerminkan evolusi Adaro dari warisan batu bara menjadi pemimpin dekarbonisasi industri,” tambah Farras. 

Target Harga ADRO dan Kisi-kisi Dividen

Mirae Asset Sekuritas kembali mengkaji saham ADRO dengan rekomendasi beli dan target harga Rp 2.300, mengacu pada valuasi berdasarkan metode sum-of-the-parts (SOTP), yang mencerminkan rasio P/E proyeksi 2025 sebesar 12,3x.

Meski harga saham ADRO telah turun 21,8% sejak awal tahun (ytd), Mirae melihat peluang kenaikan seiring pergeseran fokus perusahaan ke sektor batu bara metalurgi (metcoal), energi terbarukan, dan aluminium hijau. Proyeksi laba bersih tahun 2025 sebesar US$ 344 juta mendukung estimasi dividen per saham (DPS) sebesar Rp 129, dengan potensi imbal hasil 6,6%, ditopang oleh arus kas bebas sebesar US$ 887 juta.

Risiko utama mencakup volatilitas harga, potensi keterlambatan proyek peleburan, serta dinamika kebijakan hilir. Namun, Farras menilai prospek revaluasi dinilai masih kuat.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila