Saham PP Presisi (PPRE) Sentuh ARA Usai Rilis Kontrak Rp 3,2 T, Intip Prospeknya
Emiten yang bergerak di jasa pertambangan dan konstruksi berbasis alat berat, PT PP Presisi Tbk (PPRE) mencatatkan kinerja yang solid dengan membukukan perolehan kontrak baru sebesar Rp3,2 triliun hingga Triwulan II 2025. Pengumuman ini berdampak langsung pada harga saham PPRE di pasar modal.
Pada penutupan perdagangan Senin (11/8) saham PPRE ditutup di harga Rp 79 atau naik 9%. Setengah jam pertama perdagangan, harga saham PPRE bahkan menembus batas atas atau Auto Reject Atas (ARA) setelah naik 20 poin di bertahan hingga penutupan.
Kenaikan harga saham salah satunya didorong katalis rilis laporang keuangan yang cemerlang. Dalam keterangan resminya, manajemen PPRE menyebut pencapaian ini mencerminkan pertumbuhan yang signifikan, yaitu meningkat sebesar 60% secara year-on-year (YoY) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2 triliun.
“Kontrak baru tersebut didominasi oleh segmen jasa pertambangan dan konstruksi dengan kontribusi sebesar 89,58%, menegaskan posisi strategis PPRE di sektor ini,” tulis Sekretaris Perusahaan PPRE, Mei Elsa Kembaren seperti dikutip Senin (11/8).
Mei menjelaskan, perseroan juga terus menjajaki peluang kemitraan strategis guna memperluas cakupan bisnis, khususnya di sektor pertambangan. Sejalan dengan pertumbuhan kontrak baru, kinerja keuangan PPRE juga menunjukkan tren positif.
Kinerja dan Prospek Usaha PPRE
Berdasarkan laporan keuangan Triwulan II 2025, PPRE membukukan pendapatan sebesar Rp 1,6 triliun. Dari jumlah tersebut segmen pertambangan dan konstruksi mendominasi kontribusi sebesar 97,6%.
Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 75 miliar/ Jumlah ini meningkat sebesar 13,64% dibandingkan dengan perolehan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 66 miliar.
“Pertumbuhan laba ini mencerminkan peningkatan efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan,” ujar Mei lagi.
Dari sisi profitabilitas, gross margin perusahaan meningkat menjadi 19,50%, dibandingkan dengan 18,05% pada Triwulan II 2024. Peningkatan margin ini menjadi indikator membaiknya kinerja operasional dan kontrol biaya yang semakin optimal.
Selain itu, rasio leverage juga mengalami perbaikan, di mana Debt to Equity Ratio (DER) menurun menjadi 1,12x, dibandingkan 1,17x pada periode sebelumnya. Penurunan ini menunjukkan keberhasilan PPRE dalam menjaga struktur permodalan yang sehat dan tetap berada dalam batas covenant yang ditetapkan oleh pihak perbankan.
Sementara itu Direktur Utama PPRE Rizki Dianugrah mengatakan, di tengah dinamika industri yang terus berkembang, PPRE berkomitmen untuk menghadirkan solusi inovatif dan menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan. Perusahaan menyatakan sikap optimistis terhadap prospek sektor pertambangan ke depan.
“Kami terus mendorong peningkatan pendapatan dan kontrak baru melalui strategi yang adaptif dan fokus pada efisiensi operasional,” ujar Rizki.