Bedah Kinerja Saham Dekapan Haji Isam PGUN, JARR dan TEBE, Harga Lompat Ada Apa?
Tiga saham yang terafiliasi dengan pengusaha Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam mencatat lonjakan luar biasa di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2025. Saham PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN), PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR), dan PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE) naik berlipat ganda dalam beberapa bulan terakhir, bahkan sempat menyentuh batas auto reject atas (ARA) berulang kali.
Kenaikan tajam tersebut sempat membuat BEI menghentikan sementara perdagangan saham PGUN sejak 30 September 2025. Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, menjelaskan bahwa suspensi dilakukan karena terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Langkah ini, menurutnya, merupakan bentuk perlindungan bagi investor di tengah volatilitas tinggi pasar.
PGUN menjadi sorotan utama dengan kenaikan harga mencapai 4.239% sejak awal tahun. Dari harga Rp 424 per saham pada Januari, saham perusahaan sawit ini kini berada di level Rp 18.400. Kapitalisasi pasarnya pun melejit hingga Rp 105 triliun.
Dalam keterbukaan informasi kepada bursa, manajemen PGUN menyebutkan strategi pertumbuhan jangka panjang mencakup ekspansi lahan tanam dan peningkatan kapasitas produksi minyak sawit mentah (CPO). Perusahaan juga memperkuat hilirisasi melalui afiliasinya, PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR), dengan mengembangkan produk turunan seperti biodiesel dan bahan pangan berbasis sawit.
Selama semester pertama 2025, PGUN membukukan laba bersih Rp83,53 miliar, melonjak 690% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pendapatan bersih juga naik menjadi Rp 385,17 miliar. Manajemen menyebut kenaikan kinerja ditopang efisiensi operasional, digitalisasi proses produksi, dan strategi diversifikasi usaha. Adapun saham PGUN dikendalikan oleh dua perusahaan, PT Araya Agro Lestari dan PT Citra Agro Raya, yang masing-masing dimiliki oleh anak Haji Isam, Jhony Saputra dan Liana Saputri.
Saham JARR dan TEBE Ikut Bergairah
Lonjakan serupa juga terjadi pada JARR. Sejak awal tahun, harga saham perusahaan biodiesel itu naik 1.270% dari Rp340 menjadi Rp 4.250 per saham. Dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp 39 triliun,
JARR kini menjadi salah satu emiten besar di industri energi terbarukan domestik. Perusahaan mencatatkan laba bersih Rp 160,39 miliar pada semester pertama 2025, naik 82,6% dibandingkan periode sama tahun lalu, dengan pendapatan Rp 2,04 triliun.
Dalam keterangan resminya, JARR menyebut bisnis masih bergantung pada fluktuasi harga minyak sawit mentah (CPO) dan kebijakan pemerintah terkait program biodiesel. Saat ini, JARR memproduksi berbagai produk turunan sawit seperti Fatty Acid Methyl Ester (FAME), Crude Glycerine, Fatty Matter, dan Palm Fatty Acid Distillate.
Sementara itu, saham TEBE yang bergerak di bidang jasa pertambangan batu bara juga mengalami penguatan 351% sejak awal tahun. Dari harga Rp 625 per saham, kini TEBE diperdagangkan di kisaran Rp 2.820.
Pengendali utama TEBE adalah PT Dua Samudera Perkasa, yang 49% sahamnya dimiliki oleh Haji Isam. Dalam paparan publiknya, manajemen TEBE menyebutkan prospek bisnis batu bara masih positif hingga akhir tahun seiring meningkatnya permintaan dari Cina pada kuartal ketiga 2025. Kondisi ini mendorong proyeksi kenaikan harga batu bara global di kuartal IV.
Meski begitu, kinerja keuangan TEBE masih fluktuatif. Laba bersih semester pertama tahun ini turun menjadi Rp 27,56 miliar dari Rp 42,74 miliar tahun sebelumnya, sedangkan pendapatan merosot menjadi Rp 170,93 miliar dari Rp 223,73 miliar.
Sentimen positif terhadap jaringan bisnis Haji Isam juga berimbas pada saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola KFC Indonesia. Sejak awal tahun, saham FAST naik 148,29% setelah anak Haji Isam, Liana Saputri, masuk melalui perusahaan PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN) yang membeli 15% saham anak usaha FAST, PT Jagonya Ayam Indonesia (JAI). SFN didirikan Liana bersama suaminya, Putra Rizky Bustaman, pada akhir 2024.
Meski sahamnya naik, FAST masih mencatatkan rugi bersih Rp 138,75 miliar pada semester pertama 2025, turun dari laba bersih Rp 348,83 miliar setahun sebelumnya. Pendapatan juga menurun menjadi Rp 2,4 triliun dari Rp 2,48 triliun. Perusahaan baru saja mendapatkan tambahan modal Rp 40 miliar dari induknya, PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET), melalui skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD).
Lonjakan harga keempat saham tersebut membuat BEI menilai perlu adanya langkah pengawasan ekstra. Selain PGUN, saham JARR, TEBE, dan FAST juga disuspensi karena kenaikan kumulatif yang signifikan. Total kapitalisasi pasar keempat emiten tersebut kini mencapai lebih dari Rp 150 triliun.
Fenomena kenaikan harga saham afiliasi Haji Isam menunjukkan pasar merespons positif ekspansi dan hilirisasi bisnis Jhonlin Group. Di sisi lain, volatilitas ekstrem menimbulkan kekhawatiran akan euforia berlebihan di kalangan investor ritel.
Haji Isam sendiri dikenal sebagai pengusaha asal Sulawesi Selatan yang merintis karier dari bawah. Ia memulai usaha sebagai sopir kayu dan tukang ojek di Kalimantan Selatan sebelum mendirikan PT Jhonlin Baratama pada 2003, yang kemudian berkembang menjadi Jhonlin Group yang merupakan konglomerasi yang bergerak di sektor energi, biodiesel, dan logistik.
Atas kiprahnya, Haji Isam mendapat penghargaan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Prabowo Subianto pada 25 Agustus 2025. Penghargaan itu diberikan atas kontribusinya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan penciptaan lapangan kerja.