Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ekonomi Indonesia mampu tumbuh solid di tengah ketidakpastian ekonomi global. Hal tesebut tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang berhasil mencetak kenaikan tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) di level 8.000 an.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia sesi pertama hari ini, IHSG mencatak kembali rekor ATH dengan kenaikan sebesar 0,53% atau 42,74 poin ke level 8.182. IHSG telah naik 15,58% sepanjang tahun ini.
Airlangga mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang mencapai 5,12% secara tahunan lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi periode yang sama tahun lalu. Sebagai pembandingnya, menurut dia, Vietnam tumbuh 8%, Cina 5,2% dan Singapura 4,3%.
"Ini menjadi tanda bahwa di tengah ketidakpastian, kita masih bisa jaga. Bahkan IHSG all time high. Ini juga menunjukkan reverse kepercayaan internasional kepada Indonesia relatif baik," kata Airlangga ketika memberi kata sambutan di acara Wealth Wisdom 2025 yang diselenggarakan oleh Permata Bank, Selasa (7/10).
Ia mencatat, nilai investasi Indonesia tercatat sebesar Rp 942 triliun sepanjang semester pertama 2025, Dengan torehan tersebut, dia optimis Indonesia mampu mencapai target nilai investasi di kuartal ketiga sekitar Rp 1.400 triliun. Adapun pemerintah menetapkan target nilai investasi hingga akhir tahun sebesar Rp 1.900 triliun.
Menurut Airlangga, investasi turut menjadi salah satu kompenen penting pertumbuhan ekonomi, karena terkait langsung dengan lapangan pekerjaan. Pemerintah kini tengah getol berinvestasi di sektor prioritas seperti infrastruktur, terutama jalan tol, pelabuhan, bandara dan digital connectivity, serta energi baru terbarukan (EBT) seperti solar sel.
"Termasuk pembangunan data center, pembangunan AI data center, dan di Batam sudah dibangun juga data center dan hampir semua big tech company sudah melakukan investasi di sana," ujarnya.
Sementara itu, Managing Partner PT Ashmore Asset Management Indonesia Arief Wana menilai, terdapat euphoria dan minat investasi tinggi di Indonesia yang didominasi oleh investor lokal. Investor asing justru mencatatkan transaksi jual bersih atau net sell sepanjang tahun ini.
Arief memaparkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan investor asing belum berminat masuk ke pasar Indonesia. Pertama, investor asing dinilai telah menemukan pasar baru yang lebih atraktif, seperti Cina, Korea atau Taiwan, yang lebih fokus terhadap industri teknologi yang sedang naik daun. Prediksi lain menurut Arief adalah, investor asing sedang menunggu Indonesia ini memasuki fase yang mereka sangat suka.
“Yang paling pertama adalah growth. Dan kalau perusahaan-perusahaan publik ini tidak membukukan pertumbuhan yang sustainable dan yang memberikan prospek yang bagus, sulit untuk mereka berinvestasi di Indonesia,” kata Arief.
Menurutnya, sepanjang tahun ini, IHSG cenderung mengalami penguatan yang ditopang oleh beberapa sektor. Pertama adalah sektor teknologi yang naik 186,9% sepanjang tahun ini. Sektor teknologi melejit signifikan dengan pusat data dan digitalisasi menjadi bidang bisnis paling berkontribusi dalam penguatan.
Sektor kedua penopang IHSG adalah sektor material dasar yang naik 59,6% secara year to date. Adapun lini bisnis produk hilirisasi menjadi bidang yang paling berkontribusi dalam penguatan sektor ini.