Happy Hapsoro Jual Saham BUVA Senilai Rp 578 Miliar, Ada Apa?
Pengendali emiten perhotelan PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), Happy Hapsoro tercatat menjual 709,82 juta saham BUVA. Lewat aksi itu, suami Ketua DPR RI itu mendapatkan dana sebesar Rp 578,50 miliar.
Merujuk keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia, kepemilikan Hapsoro di BUVA tergerus dari 820,67 juta saham menjadi 110,84 juta saham setelah melakukan aksi lepas saham tersebut. Persentase hak suaranya juga berkurang dari 3,99% menjadi 0,54%.
“Tujuan transaksi adalah realisasi keuntungan dan penyelarasan portofolio,” kata Hapsoro dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Selasa (21/10).
Meskipun kepemilikan Hapsoro secara pribadi terhadap saham BUVA susut drastis, ia masih mempertahankan kendali atas perusahaan perhotelan tersebut melalui PT Nusantara Utama Investama. Berdasarkan laporan registrasi pemegang efek per 30 September 2025, Nusantara Utama Investama tercatat sebagai pemegang saham mayoritas BUVA dengan porsi 67,02%.
BUVA Ungkap Rencana Akuisisi Anak Usaha Summarecon (SMRA)
Bukit Uluwatu Villa (BUVA) juga menyatakan rencana ekspansi besar di sektor perhotelan. Perseroan tengah menyiapkan akuisisi mayoritas saham anak usaha Summarecon Agung Tbk (SMRA) senilai Rp 175 miliar.
Dalam surat resmi kepada BEI, BUVA akan mengambil alih 55% saham PT Bukit Permai Properti (BPP) dari dua entitas anak PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), yakni PT Summarecon Bali Indah dan PT Bali Indah Development. Akuisisi akan dilakukan seiring dengan rencana BUVA melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) I atau right issue.
“Dengan pengambilalihan mayoritas saham BPP, maka Perseroan akan menjadi Pengendali BPP,” tulis manajemen BUVA dalam keterbukaan informasi yang diteken Direktur Utama BUVA Satrio seperti dikutip Rabu (8/10).
BPP diketahui memiliki aset hotel dan lahan premium di kawasan Pecatu, Bali. Langkah ini menjadi bagian dari rencana strategis BUVA memperkuat portofolio hotel mewah di destinasi wisata unggulan.
“Strategi sinergi operasional yang akan diterapkan Perseroan antara hotel-hotel eksisting dan aset yang diakuisisi melalui BPP adalah integrasi dalam aspek manajemen, pemasaran, dan operasional,” kata Satrio.
Perseroan menyebutkan sinergi dengan anak usaha SMRA akan didukung investasi infrastruktur untuk menciptakan nilai tambah serta memperkuat posisi Perseroan di industri perhotelan. BUVA menilai kawasan Pecatu merupakan kawasan wisata dengan pasar premium atau luxury travellers dengan menyajikan pengalaman berlibur dan pelayanan personalized.
Strategi Perseroan untuk membedakan posisi produknya dari kompetitor hotel lain di area Pecatu adalah dengan memanjakan mata para tamu melalui pemandangan dan desain. Meski begitu manajemen BUVA belum bisa menjelaskan rencana pengembangan di kawasan Pecatu tersebut.