Sinyal IPO Titan Infra Menguat, Genggam Jalur Batu Bara Terpanjang di Sumatra
Sinyal penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Titan Infra Sejahtera kian menguat. Di tengah aksi itu perusahaan kini tengah beraksi melalui anak usaha PT Servo Lintas Raya (SLR), mengoperasikan jalan khusus batu bara (hauling road) sepanjang 118 km.
Jalan khusus itu berkapasitas 50 juta ton yang menghubungkan wilayah Kabupaten Lahat, Muara Enim dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Adapun Kabupaten Lahat dan Muara Enim merupakan lumbung batu bara di Sumatera Selatan.
Servo Lintas Raya terkoneksi dengan pelabuhan batu bara yang dioperasikan oleh PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (SDJ), anak usaha PT Titan Infra Sejahtera. Saat ini, SDJ dapat menampung 34 juta ton batu bara per tahun dan berencana untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan menjadi 45 juta ton per tahun.
Demi mengantisipasi pertumbuhan volume produksi di Sumatera Selatan, Titan Infra Sejahtera berkomitmen untuk meningkatkan layanan logistik dan infrastruktur. Saat ini, perseroan tengah meningkatkan kualitas jalan angkut batu bara Servo Lintas Raya secara bertahap dari jalan gravel menjadi jalan chipseal.
Direktur Utama Titan Infra Sejahtera, Suryo Suwignjo, menyebut jalan angkut chipseal memangkas itu waktu tempuh hingga 50% dari sebelumnya 7–8 jam menjadi hanya 3-4 jam per trip.
“Waktu tempuh lebih cepat berarti lebih hemat BBM, kualitas jalan lebih mulus juga mengurangi biaya pemeliharaan truk," kata Suryo dalam keterangannya, Selasa (9/12).
Selain meningkatkan kualitas jalan angkut, Suryo juga mengatakan Titan Infra Sejahtera menerapkan strategi pertumbuhan dengan membangun jalan pengumpan (feeder road) untuk menjangkau area tambang yang belum terkoneksi dengan jalan SLR.
Adapun pelanggan besar logistik dan infrastruktur Titan Infra Sejahtera saat ini PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Mustika Indah Permai (MIP) anak usaha PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Manambang Muara Enim (MME), dan PT Duta Bara Utama (DBU).
Cadangan Batu Bara di Tanah Sumatera
Di samping itu Sumatera Selatan memiliki cadangan batu bara melimpah sebanyak 9,3 miliar ton, namun volume produksi batu bara di wilayah tersebut hanya sekitar 100 juta ton per tahun. Apabila dibandingkan dengan Kalimantan, produksi batu bara dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan mencapai 687 juta ton pada 2024. Sumatera Selatan masih menghadapi tantangan logistik dalam pengangkutan batu bara dari tambang menuju pelabuhan karena jarak yang cukup jauh.
Direktur Titan Infra Sejahtera, Victor B Tanuadji, mengatakan Titan Infra Sejahtera berada pada posisi strategis sebagai penyedia infrastruktur logistik batu bara terbesar di Sumatera Selatan.
Tak hanya itu, perusahaan juga memiliki prospek pertumbuhan kuat dalam lima tahun ke depan serta berperan penting dalam mendukung pemanfaatan energi nasional secara efisien dan berkelanjutan. Hal itu seiring dengan potensi cadangan jumbo dan rencana ekspansi yang agresif.
Apalagi perusahaan menyadari kebutuhan para pelaku industri tambang batu bara di Sumatra Selatan untuk tumbuh dan meningkatkan volume produksi.
“Karena itu, kami sangat siap mendukung dengan menyediakan infrastruktur logistik batu bara yang andal dan terintegrasi," kata Victor.
Sinyal IPO Menguat
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan hingga saat ini terdapat total 13 calon emiten yang antre untuk mencatatkan perdana sahamnya atau initial public offering (IPO).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan berdasarkan klasifikasi aset perusahaan yang merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat tiga perusahaan dalam pipeline tergolong skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar.
Lalu terdapat delapan perusahaan aset skala besar atau aset diatas Rp 250 miliar. Sedangkan perusahaan skala kecil atau aset di bawah Rp 50 miliar ada dua dalam pipeline.
"Sampai dengan 05 Desember 2025 telah tercatat 24 Perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dana dihimpun Rp 15,21 triliun," tulis Nyoman dalam laporannya, dikutip Selasa (9/12).
Berikut jumlah emiten yang tengah mengantre IPO berdasarkan sektornya:
- 2 perusahaan dari sektor material dasar
- 1 perusahaan dari sektor konsumer non siklikal
- 1 perusahaan dari sektor energi
- 5 perusahaan dari sektor finansial
- 1 perusahaan dari sektor industri
- 1 perusahaan dari sektor teknologi
- 2 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Sinyal IPO Titan Infra dari sektor energi itu semula direncanakan pada 2025. Pernyataan itu disampaikan dalam salah satu pemberitaan yang dimuat di laman resmi perusahaan. Rencana IPO ini juga sudah diungkap pada 2024, dengan target melepas 10% saham.
Bos Titan Infra Sejahtera Suryo Suwignjo mengatakan, meski harga batu bara global menurun, perusahaan tetap melanjutkan ekspansi terukur. Suryo menambahkan, kinerja Titan Infra menunjukkan tren positif pada lima bulan pertama tahun 2025.
"Reputasi dan brand awareness perusahaan yang semakin kuat di industri batu bara menjadi modal besar dalam menghadapi rencana IPO pada 2025,” kata Suryo seperti dikutip dari laman resmi perusahaan.