PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BBNI memproyeksi laba bersih hingga akhir tahun ini hanya tumbuh 4,7% dari tahun lalu Rp 15,02 triliun menjadi sekitar Rp 15,7 triliun. Tahun depan, perseroan lebih agresif mematok target pertumbuhan laba sebesar 15%-17% menjadi Rp 18,1 triliun hingga Rp 18,4 triliun.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, target pertumbuhan laba yang tinggi pada tahun depan seiring dengan persentase kenaikan bottom line tahun ini yang rendah. HIngga akhir tahun, Baiquni memproyeksi laba BNI hanya tumbuh seperti kisaran hasil kuartal III 2019.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, laba BNI tercatat tumbuh 4,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 12 triliun.
"Tentu ke depan, dengan basis yang masih rendah maka target laba akan lebih tinggi secara persentase, tapi lebih utama karena ekspansi kredit," ujar Baiquni di Jakarta, Selasa (27/11).
(Baca: Antisipasi Likuiditas Ketat, Bank Mandiri Buka Opsi Terbitkan Obligasi)
BNI pada tahun depan memproyeksi penyaluran kredit tumbuh 11-13%. Kualitas kredit yang tergambar dari rasio kredit bermasalah atau NPL juga akan dijaga antara 1,8% higgga 2%.
Hingga kuartal III 2019, kredit BNI tumbuh 14,7% menjadi Rp 558,7 triliun dengan rasio NPL gross sebesar 1,8%.
Baiquni juga menargetkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga akan naik 12% hingga 14% tahun depan, sedangkan aset tumbuh 9-11%. Target ini lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan DPK dan aset dalam tiga kuartal terakhir yang masing-masing tercatat tumbuh 5,9% dan 6,8%.
(Baca: Tutup Utang Rp 28 T, Bulog Mulai Jual Beras Komersial ke BUMN)
Target-target bank BUMN ini disusun oleh beberapa prakiraan kondisi ekonomi tahun depan. Pertumbuhan ekonomi diproyeksi tumbuh di rentang 5%-5,2%, inflasi sebesar 3%-4%, dan nilai tukar antara Rp 14.200 hingga Rp 14.400 per dolar AS.
BNI juga memprediksi Bank Indonesia bakal kembali menurunkan tingkat suku bunga acuannya BI 7 Days Reverse Repo Rate dari saat ini di level 5% menjadi antara 4,5% hingga 5%.