PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) menargetkan mampu masuk ke dalam jajaran Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV dengan modal inti di atas Rp 30 triliun pada 2023 mendatang. Target tersebut akan dicapai dengan mengandalkan pertumbuhan organik, tanpa suntikan dana dari pemegang saham.
Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan, per Juni 2019 modal inti tier 1 yang dimiliki BTPN sebesar Rp 23 triliun. "Sehingga kurang lebih butuh Rp 7 triliun untuk masuk BUKU 4. Dengan kemampuan kami sendiri, tanpa ada suntikan modal, dalam empat tahun ke depan," kata Ongki di Gedung BEI, Jakarta, Senin (26/8).
Sebelumnya Ongki menyatakan bahwa dengan merger dengan SMBCI, BTPN kini bisa menggarap segmen korporasi, yang menjadi fokus utama SMBCI, dan segmen usaha kecil menengah (UKM) yang merupakan fokus utama BTPN sebelum merger.
Selain fokus pada garapan segmentasi retail, UKM, dan korporasi, Ongki mengatakan memiliki rencana mengembangkan sayap bisnis ke segmen pasar yang belum disentuh oleh BTPN. Segmen yang diincar BTPN seperti segmen korporasi menengah dan UKM yang lebih besar (segmen komersial), sambil tetap mengembangkan cakupan bisnis ritel.
(Baca: Laba Bersih BTPN Tahun 2018 Melesat 61% Berkat Transformasi Digital)
Seperti diketahui, modal inti BTPN pada enam bulan pertama tahun ini tercatat tumbuh hingga 76,2% dibandingkan dengan posisi Juni tahun lalu yang sebesar Rp 13,24 triliun. Kenaikan siginifikan tersebut terjadi setelah BTPN merger dengan SMBCI pada awal tahun ini.
Akibat merger tersebut, BTPN mencatatkan kinerja positif pada semester I 2019, dengan mencatatkan laba bersih konsolidasi setelah pajak mencapai Rp 1,26 triliun, naik 15% dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,09 triliun.
Penyaluran kredit BTPN pun juga melonjak. Perusahaan mencatat total penyaluran kredit sebesar Rp 143 triliun, naik 114% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 67,7 triliun. Meski begitu, rasio kredit bermasalah tercatat rendah, yaitu 0,08%. Sedangkan rasio kecukupan modal di level 23,3%.
Kredit tersebut mengalir dalam bentuk kredit korporasi, usaha kecil dan menengah, konsumer, dan pembiayaan prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah. BTPN juga berkolaborasi dengan perusahaan multifinance untuk pembiayaan otomotif.
(Baca: Sumitomo Mitsui Lepas Minimal 6,01% Saham BTPN ke Publik Tahun Ini)