Jumlah Agen Laku Pandai Bank Melonjak 47%, tapi Ada Kendala Teknologi

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Pingit Aria
27/7/2019, 16.44 WIB

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah agen penyalur Layanan Keuangan Tanpa Kantor untuk keuangan inklusif (Laku Pandai) terus mengalami kenaikan. Hingga Juni 2019 jumlahnya mencapai 1,12 juta agen, naik 47,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Mohammad Miftah mengatakan, jumlah pembukaan rekening biasa atau Basic Saving Account (BSA) Laku Pandai per Juni 2019 juga tercatat meningkat. "Sudah mencapai  24,22 juta rekening, naik 20,02% dari Juni 2018,” kata Miftah di Banyuwangi, Jumat (26/7).

Sejalan dengan tumbuhnya jumlah rekening, saldo rekening BSA Laku Pandai juga naik pada semester pertama tahun ini. Per Juni 2019 jumlahnya mencapai Rp 2,49 triliun, tumbuh 41,14% dibandingkan Juni 2018.

Miftah pun menambahkan, sampai Juni 2019, outstanding kredit atau pembiayaan mikro mencapai Rp 49,07 miliar kepada 3.611 nasabah BSA. Terdapat tiga bank yang menyalurkan kredit ini yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan Bank Negara Indonesia (BNI).

(Baca: Potensi Pasar Keuangan Besar, OJK Sebut Laku Pandai Bukan Saingan BPR)

BRI menjadi bank dengan penyaluran terbesar yaitu ke sebanyak 2.799 nasabah BSA dengan nilai outstanding Rp 32,12 miliar. Lalu BNI menyalurkan ke 800 nasabah dengan nilai outsanding 16,94 miliar. Sedangkan BTPN hanya ke 12 nasbah dengan outstanding Rp 10 juta.

laku Pandai merupakan program OJK sejak 2015 yang bertujuan untuk menyediakan layanan perbankan dan layanan keuangan lain pada masyarakat. Layanan tersebut dilakukan, tidak melalui jaringan kantor, namun melalui kerja sama dengan pihak lain (agen), didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.

Meski begitu, Miftah mengakui program Laku Pandai ini menghadapi beberapa kendala dalam pendistribusiannya. Di antaranya, kendala penyediaan teknologi informasi dan infrastruktur di beberapa daerah terpencil di Indonesia, terutama bagian Timur Indonesia.

"Program yang dikeluarkan pemerintah ini masih terkendala jaringan informasi dan komunikasi di daerah-daerah yang susah sinyal. Sementara Laku Pandai itu syarat utamanya memang real-time dan coverage," kata Miftah.

(Baca: Sistem Pengendalian Inflasi Dinilai Belum Berjalan Sempurna)

Miftah pun berharap, pemerintah bisa ikut serta untuk segera mengatasi masalah jaringan teknologi informasi di daerah-daerah terpencil tersebut karena tidak semua bank penyelenggara program Laku Pandai memiliki satelit yang bisa menjangkau daerah yang susah sinyal.

Tidak hanya itu, masalah infrastruktur yang belum merata hingga ke daerah terpencil juga menjadi kendala penyebaran program Laku Pandai ini. Hal itu membuat agen Laku Pandai kesulitan saat haruus menyetor ke kantor cabang bank penyelenggara.

"Ketika agen mendapat setoran dari nasabah BSA, dia mesti menyetorkan lagi ke bank karena harus menjaga likuiditas dan menyiapkan uang kas yang cukup di rumahnya," kata Miftah menambahkan.

Reporter: Ihya Ulum Aldin