Potensi Pasar Keuangan Besar, OJK Sebut Laku Pandai Bukan Saingan BPR
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, program Layanan Keuangan Tanpa Kantor untuk Keuangan Inklusif (Laku Pandai) bukan saingan dari bisnis mikro yang disasar oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sebab, masih banyak masyarakat yang bisa disasar oleh masing-masing pihak.
Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Mohammad Miftah mengatakan, secara bisnis memang kedua pihak bersinggungan, tapi tidak terlalu ketat. "Karena masih banyak angka inklusi yang masih bisa di-tapping tanpa harus saling mengganggu," katanya dalam acara Pelatihan dan Gathering OJK bersama media massa di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (26/7).
Selain itu, menurut Miftah, bank penyelenggara Laku Pandai akan mengkaji ulang rencana masuk ke daerah yang sudah memiliki pemain di bisnis yang sama. Sebab, bank penyelenggara juga cenderung menghindari persaingan tersebut.
Laku Pandai merupakan program OJK yang menyediakan layanan perbankan dan layanan keuangan lain, tanpa jaringan kantor. Layanan tersebut disediakan melalui kerja sama dengan agen yang didukung teknologi informasi.
Seperti diketahui, hingga 2017 lalu indeks inklusi keuangan di Indonesia baru 49%. Sedangkan pada 2018 lalu, indeks inklusi keuangan dalam negeri naik menjadi 69%. Padahal pada 2011 lalu, indeks inklusi keuangan Indonesia masih 19%.
(Baca: Meski IHSG Akhir Pekan Anjlok 1,19%, Saham Lapis 2 dan 3 Untung Besar)
Miftah mengatakan, World Bank pun mengapresiasi peningkatan tersebut dengan menyebut Indonesia mengalami kemajuan yang pesat dalam meningkatkan indeks inklusi keuangan.
Definisi inklusi keuangan menurut World Bank, setiap individu atau pelaku bisnis mempunyai akses ke produk dan layanan keuangan yang terjangkau dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan seperti transaksi, pembayaran, tabungan, kredit, dan asuransi.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Pemerintah menetapkan target inklusi keuangan di tahun 2019 sebesar 75%. Miftah mengatakan, langkah awal memperluas inklusi keuangan yaitu memiliki akun seperti memiliki rekening Basic Saving Account (BSA) Laku Pandai.
"Karena (dengan memiliki akun) memungkinkan seseorang untuk menyimpan uang, mengirim, dan menerima pembayaran. Maka, inklusi keuangan merupakan fokus dari World Bank untuk memastikan bahwa seluruh orang di dunia memiliki akun," katanya.
(Baca: Era Transformasi Digital, OJK Posisikan Diri Sebagai Stabilisator)
Per Juni 2019, jumlah rekening BSA Laku Pandai tercatat sebanyak 24,2 juta rekening, tumbuh hingga 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secaran rekening BSA sendiri mayoritas masih berada di Pulau Jawa sebesar 68% dari total jumlah rekening BSA.
Sementara, jumlah saldo dari rekening BSA Laku pandai per Juni 2019 senilai Rp 2,49 triliun, tumbuh 47,1% secara year on year. Namun, sebaran saldo BSA mayoritas berada di luar Pulau Jawa sebanyak 56% dari total saldo BSA.