PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) belum menaikkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) meskipun sepanjang tahun ini Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin. Permintaan untuk kedua jenis kredit konsumer tersebut masih rendah sehingga bank menahan kenaikan bunga kredit.
Sekretaris Perusahaan sekaligus Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, kenaikan suku bunga 7 Days Repo Rate (7DRR) ke level 6% belum berdampak pada kenaikan suku bunga KPR dan KKB perseroan. "Sekarang ini real demand properti KPR masih rendah. Kalau dengan suku bunga sekarang saja rendah, apalagi kalau kami naikkan (suku bunga KPR)," kata Ryan dalam Kongkow Bisnis PAS FM bertajuk "Selamat Datang Era Suku Bunga Tinggi" di Jakarta, Rabu (21/11).
Permintaan terhadap kredit mobil juga rendah karena masyarakat lebih mengutamakan kepemilikan rumah daripada kendaraan bermotor. Oleh karena itu, ia menilai kenaikan bunga acuan BI tidak akan serta merta mengerek suku bunga perbankan.
Bank akan mempertimbangkan permintaan masyarakat dalam mengerek suku bunganya. Menurut Ryan, kenaikan bunga KPR dan KKB akan terjadi apabila permintaan meningkat atau BI agresif dalam menaikkan bunga acuannya. Saat ini suku bunga dasar KPR BNI sebesar 10,5% per tahun sedangkan untuk kredit konsumsi non KPR 12,5% per tahun.
(Baca: Rencana Penaikan Bunga Kredit, BNI dan BTPN Beda Sikap)
Kenaikan suku bunga acuan yang tidak diikuti kenaikan bunga kredit perbankan akan berdampak pada net interest margin (NIM) perbankan yang semakin tipis. Oleh karena itu, perbankan akan mendorong keuntungan melalui sumber lainnya, yaitu pendapatan non bunga atau fee based income. Meski demikian, ia mengakui sebagai negara berkembang, Indonesia masih bergantung pada pendapatan bunga atau interest income. "Dari komisi, fee, dan dari sumber-sumber non interest income yang lain. Itu prospeknya besar sekali belum kami gali," ujarnya.
Selain itu, ia menilai pendapatan dari transaksi nasabah cukup memadai, seperti transfer melalui m-banking dan sebagainya. Meski besaran keuntungan transaksi tersebut kecil, namun BNI akan mendorong jumlah nasabah menjadi 13 juta nasabah agar pendapatan meningkat. Terlebih lagi, profil nasabah milenial yang kerap melakukan transaski non tunai mulai bertambah.
Porsi fee based income yang dinilai ideal terhadap total pendapatan bank di negara-negara berkembang, seperti Indonesia mencapai 30-50%. Sementara itu, rata-rata fee based income terhadap pendapatan bank saat ini baru mencapai 20-25%. "Kita masih emerging market, masih bertumpu ke kredit," kata dia.
(Baca: Ditopang Kredit Korporasi, BNI Bukukan Laba Bersih Rp 11,4 Triliun)