PT Bank Permata Tbk menyatakan akan terus berfokus untuk meningkatkan kredit segmen komersial dan wholesale banking atau kredit perusahaan. Perusahaan yang dimiliki oleh Astra International dan Standard Chartered Bank itu menargetkan pertumbuhan kredit makin berkualitas setelah proses konsolidasi pada tahun lalu.
Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah mengatakan walau berfokus pada kredit komersial dan wholesale banking, segmen pembiayaan yang dilakukan lembaga keuangannya sebenarnya cukup merata. Yang perlu ditakar, bagaimana tingkat kemampuan para debitur untuk mengembalikan utangnya. “Kalau memberikan pinjaman tapi tidak bisa dikembalikan, kan susah,” kata Ridha di Jakarta, Selasa (24/7).
Sayangnya, dia belum bisa memberikan detail jumlah kredit yang telah disalurkan untuk pencapaian semester pertama 2018. Alasannya, laporan kinerja perusahaan masih menunggu perilisan terbitnya di keterbukaan Bursa Efek Indonesia. (Baca juga: Bank Permata Jual 25% Saham ASF ke Grup Astra Rp 2,8 Triliun).
Pada kuartal pertama 2018, Permata mengumumkan pertumbuhan kredit yang positif sebesar Rp 99,8 triliun per 31 Maret 2018 (konsolidasi dan tidak diaudit). Jumlah ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 95,4 triliun.
Selain itu, untuk merespons suku bunga acuan Bank Indonesia, BI 7 Days Repo, yang telah naik beberapa kali dalam dua bulan terakhir, Permata masih menyatakan stabil. Namun ada kecenderungan untuk ikut menaikkan bunga meski belum ada kepastian.
Terkait rencana penambahan modal perusahaan, Ridha juga belum bisa memberikan komentar. Terutama tentang rencana pengurangan saham Standard Chartered dan Astra International di Permata. (Baca pula: Bank Permata Targetkan Pertumbuhan Kredit 10% Tahun Ini).
Menurutnya, belum ada perkembangan terkait isu yang beredar tersebut. “Dua shareholders kita masih berkomitmen untuk menjaga posisi,” ujarnya.