Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi mengakui nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di bawah nilai fundamentalnya. Namun, BI belum melihat risiko nilai tukar rupiah bakal melemah hingga menembus level 15 ribu per dolar AS.
Pernyataan tersebut merespons peringatan lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) Global Rating soal bahaya jika rupiah menembus Rp 15 ribu. Hal tersebut dengan melihat pengalaman di 2015. Depresiasi cepat rupiah ke level Rp 15 ribu membuat operasional bisnis terganggu.
(Baca juga: S&P Peringatkan Bahaya Jika Rupiah Tembus 15 Ribu per Dolar AS)
"Itu (level nilai tukar rupiah yang disebut S&P semacam level psikologis atau stress test, berapa sih yang membuat korporasi bermasalah. Itu hanya level psikologis yang pernah terjadi di Indonesia. Itu dipandang angka yang bisa terjadi berikutnya. Semacam stress test bukan proyeksi. Kami tidak melihat ada risiko ke arah sana," kata Doddy di Gedung BI, Jakarta, Rabu (14/3).
Adapun nilai tukar rupiah diklaim mulai menguat pada pekan ini, meskipun masih di atas nilai fundamentalnya. Nilai fundamental rupiah diperhitungkan dengan melihat pertumbuhan ekonomi, inflasi, maupun risiko defisit transaksi berjalan.
"Level sekarang menurut penilaian kami belum sesuai fundamental. Bisa menguat harusnya, sekarang sudah menguat tapi belum sesuai fundamental," kata dia.
Bila mengacu pada kurs tengah BI, nilai tukar rupiah berada pada level Rp 13.739 per dolar AS pada perdagangan Rabu (14/3). Sebelumnya, kurs tengah sempat menembus Rp 13.794 pada Jumat (9/3) atau yang terlemah sejak Januari 2016. Jika dihitung dari posisi paling kuat rupiah sepanjang tahun ini yaitu 13.290 per dolar AS, pelemahannya mencapai 3,79%.
Menurut dia, penguatan rupiah seiring perkembangan positif di eksteral, seperti kenaikan bunga dana AS yang kemungkinan bakal sesuai prediksi yaitu tiga kali tahun ini, perkembangan positif Brexit, dan tekanan geopolitik yang mereda di semenanjung Korea.
Ke depan, ia pun meyakinkan, BI terus berada di pasar untuk menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. BI siap melakukan intervensi baik di pasar valuta asing maupun pasar obligasi atau dual intervention.
Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengakui nilai tukar rupiah berada di atas nilai fundamental. "Iya lebih lemah dari fundamental atau fair value-nya," kata dia. Ia menyebut nilai fundamental rupiah berada di level 13.600 per dolar AS.