Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan kebijakan khusus di bidang keuangan dan perbankan untuk diberlakukan di Bali. Hal itu guna mengantisipasi terganggunya keuangan debitur dan perbankan imbas erupsi Gunung Agung.
“OJK mengantisipasi dampak lanjutan karena banyak debitur yang tidak bisa kembali berusaha termasuk adanya travel warning sehingga kedatangan wisatawan berkurang,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam siaran pers yang diterima Katadata, kemarin (26/12). (Baca juga: Erupsi Gunung Agung, Bali Rugi Rp 250 Miliar Tiap Hari)
Meski begitu, Wimboh belum memutuskan kebijakan khusus yang akan diambil. Sebab, pihaknya masih melakukan identifikasi segala persoalan keuangan yang ada. Dalam rangka identifikasi, Wimboh mengaku sudah meninjau langsung dan berinteraksi dengan jajaran Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Bali, Pemda Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Klungkung.
Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan pertemuan dengan pengusaha hotel dan pariwisata, kalangan perbankan, serta debitur Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Adapun peninjauan tersebut berlangsung pada 25-26 Desember lalu. (Baca juga: Status Siaga Erupsi Gunung Agung, Turis Asing ke Bali Berkurang 16%)
Menurut Wimboh, dalam pertemuan dengan debitur di Karangasem, muncul harapan agar adanya keringanan atas pinjaman pokok atau bunga bank. Merespons harapan tersebut, Wimboh pun mengatakan bahwa perbankan akan melakukan restrukturisasi dengan melihat kondisi sebenarnya dari masing-masing debitur.
Secara umum, Wimboh mengatakan sejumlah bank yang beroperasi di Bali melaporkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dalam tiga bulan belakangan masih terjaga. Bank yang dimaksud seperti Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Mantap dan Perbarindo.
"Namun terhadap debitur yang terdampak langsung, beberapa bank telah melakukan restrukturisasi baik yang diatur dalam aturan internal bank dan/atau aturan OJK," kata dia.
Berdasarkan data pengurus Himpunan Hotel dan Restoran Indonesia, okupansi hotel turun sekitar 20% di akhir tahun ini imbas erupsi Gunung Agung. Sedangkan pada Januari-Maret mendatang, okupansi hotel kemungkinan belum akan naik karena sudah memasuki siklus kunjungan wisatawan yang sedikit atau low season.
Meski begitu, Wakil Gubernur Provinsi Bali I Ketut Sudikerta mengatakan, okupansi hotel menunjukkan peningkatan setelah kedatangan Presiden Joko Widodo serta adanya liburan natal dan tahun baru. Sektor ekonomi lainnya seperti restoran, penyewaan mobil dan tour guide, pedagang asongan dan souvenir pun turut merasakan kembali denyut kehidupan setelah bandara Ngurah Rai sempat ditutup beberapa waktu yang lalu.