Bank Indonesia (BI) menyatakan potensi industri halal dan keuangan syariah di dunia sangatlah besar. Hanya, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar justru masih lebih banyak berperan sebagai pasar.
Mengutip data Global Islamic Index, Thomson Reuters, potensi kegiatan ekonomi syariah global bisa mencapai US$ 6,38 triliun hingga 2021. Angka itu naik 66,14% dibandingkan data yang tercatat pada 2015 yakni US$ 3,84 triliun.
Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengatakan, saat ini Indonesia masih ada di peringkat ke-10 sebagai pemain dalam industri keuangan syariah global. Namun, secara umum Indonesia lebih merupakan pasar bagi produk pangan halal terbesar.
Pada 2015, pasar produk pangan halal Indonesia tercatat US$ 160 miliar dari total US$ 1,91 triliun yang beredar di dunia. Ini juga sejalan akan mulai diimplementasikannya UU No 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal pada 2019.
"Kondisi tadi menunjukkan betapa kuatnya potensi Indonesia dalam pasar produk halal,” kata Rosmaya pada Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2017 di Grand City Convention Center, Surabaya, Selasa (7/11).
Industri | 2015 | 2021 | Nilai Industri Indonesia | Peringkat Indonesia |
Makanan Halal | 1,17 triliun | 1,91 triliun | 160 miliar | 1 |
Keuangan Syariah | 2,00 triliun | 3,46 triliun | 20 miliar | 10 |
Travel Halal | 150 miliar | 240 miliar | 10 miliar | 5 |
Fesyen Muslim | 240 miliar | 370 miliar | 10 miliar | 5 |
Media dan Rekreasi Halal | 0,19 | 260 miliar | 10 miliar | 6 |
Kosmetik dan Obat Halal | 80 miliar | 130 triliun | 10 miliar | 4 |
Total | 3,84 triliun | 6,38 triliun | 220 miliar | - |
*Dalam US$, *Global Islamic Index, Thomson Reuters
Dengan besarnya jumlah penduduk muslim, Rosmaya menambahkan, ekonomi dan keuangan syariah juga harus diperkuat dengan kebijakan yang dapat mendukung distribusi sumber daya dan kesempatan. Termasuk, dapat mengoptimalkan investasi yang berdaya guna. "Dan mendorong partisipasi sosial untuk kepentingan publik," ujarnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah menyatakan, meski potensi ekonomi syariah sangat besar, namun Indonesia masih lebih banyak menjadi pasar.
Ia mencontohkan, eksportir produk pangan tersertifikasi halal terbesar di dunia adalah Thailand. Begitu pula kosmetik halal saat ini banyak berasal dari Korea Selatan. Sementara negara yang paling banyak mengekspor bahan sandang halal ke Timur Tengah justru Tiongkok.
“Karena itu benih-benih wirausahawan syariah harus ditumbuhkan, agar kita tidak terus-menerus menjadi pasar,” kata Difi yang sekaligus menjadi Ketua Panitia ISEF 2017.