Raup Rp 20,5 Triliun, BRI Pimpin Perolehan Laba Bank BUMN

Bank BRI KATADATA | Agung Samosir
Bank BRI KATADATA | Agung Samosir
26/10/2017, 13.19 WIB

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. membukukan laba Rp 20,5 triliun sepanjang Januari-September 2017. Perolehan laba tersebut melebihi tiga bank milik negara lainnya yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Meski begitu, pertumbuhan laba BRI tercatat hanya 8,2% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan tiga bank miliki negara lainnya yang membukukan lonjakan laba lebih dari 20%. Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo menjelaskan, perolehan laba ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh 10,03% menjadi Rp 694,2 triliun. (Baca juga: Laba Gemuk Bank BUMN Saat Lemahnya Kredit Industri Perbankan)

Adapun sebanyak 45,8% dari total kredit tersebut atau Rp 526,5 triliun mengalir ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Nominal tersebut tumbuh 14,2% dibandingkan periode sama tahun lalu. Secara rinci, kredit UMKM terdiri dari kredit mikro sebesar Rp 229,3 triliun, kredit konsumer Rp 108,2 triliun, kredit ritel dan menengah Rp 176,4 triliun, dan kredit program sebesar Rp 12,6 triliun.

"Ke depan, Bank BRI akan terus berupaya agar portofolio pembiayaan UMKM mencapai 80% dari total kredit yang disalurkan, sehingga secara tidak langsung Bank BRI mampu memberikan multiplier effect (efek berantai) terhadap perekonomian nasional," kata Haru saat Konferensi Pers, di Gedung BRI I, Jakarta, Kamis (26/10).

Haru menambahkan, BRI juga akan terus menggenjot penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tahun ini, pihaknya menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp 71 triliun. Adapun hingga Oktober 2017, realisasinya telah mencapai 75,8% dari target atau sebesar Rp 53,8 triliun dan disalurkan kepada 2,9 juta debitur baru. Adapun sebanyak 40 persen di antaranya atau Rp 21,5 triliun tersalurkan ke sektor produktif. (Baca juga: Bunga KUR Akan Diturunkan, Bank BRI Minta Tambah Subsidi)

Dengan perkembangan penyaluran kredit sepanjang tahun ini, BRI mencatatkan pendapatan berbasis biaya (fee based income) sebesar Rp 7,4 triliun atau tumbuh 14,79% dibanding tahun lalu. Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank tercatat terkendali  di level 2,33%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu 2,34%. Level NPL ini juga berada di bawah rata-rata industri yang sebesar 3%. 

Meski begitu, BRI menambahkan cadangan kerugian atau NPL Coverage menjadi 198,2% dari sebelumnya 156,9% untuk mengantisipasi risiko kredit seret. "Kami berusaha untuk prudent, mengantisipasi yang akan terjadi. Jadi, kalau ada NPL tidak bermasalah," ujarnya.

Dari sisi penghimpunan dana Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatat pertumbuhan 10,9% menjadi Rp 770,6 triliun. Dana murah yaitu tabungan dan giro tercatat masih mendominasi DPK BRI dengan komposisi sebesar 55,4 persen.

Haru menjelaskan, BRI akan terus menghimpun lebih banyak dana murah untuk menekan biaya dana yang harus dikeluarkan. Saat ini, biaya dana BRI tercatat sebesar 3,47%, lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 3,89%. Salah satu cara menghimpun dana murah adalah dengan mengembangkan bisnis transaction banking.

Hingga akhir tahun, Haru optimistis BRI bakal mampu meraup laba Rp Rp 27 triliun. "Sisa tiga bulan ini, kami optimistis mencapai target yang ditetapkan perseroan di awal tahun," ujar Haru.