PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. membukukan kinerja yang cukup baik pada kuartal III-2017 ini. Tercatat perbankan milik negara tersebut berhasil memperoleh laba Rp 10,16 triliun atau melonjak 31,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 7,72 triliun.
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menjelaskan perolehan kinerja yang cukup gemilang ini utamanya ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit sebesar Rp 421,41 triliun. Penyaluran kredit tumbuh 13,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 372,02 triliun.
Pertumbuhan kredit BNI lebih tinggi dari rata-rata industri perbankan per Juli 2017 yang hanya di kisaran 8,2%. "Kami percaya diri pertumbuhan 13 persen kredit ini bisa bertahan sampai 2018-2019," ujar Herry saat konferensi pers, di Gedung BNI 46, Jakarta, Kamis (12/10).
Herry melanjutkan penyaluran kredit BNI ke sektor business banking menjadi penopang utama dengan komposisi 78,3% dari total kredit atau sebesar Rp 329,75 triliun. Kredit di sektor ini mengalami pertumbuhan 13,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 289,47 triliun.
BNI juga mengucurkan pembiayaan ke sektor bisnis konsumer yang teralokasikan sebesar 16,3% dari total kredit atau sebesar Rp 68,53 triliun, dengan pertumbuhan 9,2%. Laba bersih BNI juga ditopang pendapatan bunga bersih (NII) yang tumbuh 7,5%, dari Rp 21,87 triliun pada kuartal III-2016 menjadi Rp 23,51 triliun pada kuartal III-2017.
Kualitas kredit BNI juga terlihat baik dengan tetap menjaga net interest margin (NIM) di level 5,5%. Adapun, tingkat kredit macet (non performing loan/NPL) BNI pada kuartal III sebesar 2,8%. (Baca: Sepakati Batas Bunga Deposito, Bank BUMN Tak Takut Dana Nasabah Kabur)
Laba juga ditopang oleh Pendapatan Non-Bunga kuartal III-2017 yang merupakan bisnis utama BNI. Pendapatan Non-Bunga kuartal III-2017 naik 15,1%, dari Rp 6,24 triliun pada kuartal III-2016 menjadi Rp 7,18 triliun pada kuartal III-2017. Peningkatan Pendapatan Non-Bunga tersebut dikontribusi dari trade finance, bancassurance, bank guarantee, loan sindication, dan bisnis kartu.
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun sebesar Rp 480,53 triliun atau naik 19,6%. Komponen Dana Murah (CASA) pun menunjukan peningkatan sebesar 59,7 persen dari total DPK pada kuartal III-2016 menjadi 60 ,4 persen di kuartal III-2017.
Herry mengatakan BNI juga terus mendorong efisiensi yang terlihat dari cost to income sebesar 41,9%, turun dari sebelumnya 42,3%. Cost of fund BNI pun membaik dari level 3,1% menjadi 3%. "Peningkatan transaksi melalui channel-channel elektronik dan pengembangan digital banking merupakan langkah BNI menciptakan efisiensi dan mendorong pertumbuhan CASA," ujarnya.
(Baca: BNI dan BRI Dapat Porsi Terbesar Penyaluran Bansos 2018)