Sebagian besar generasi millenial di dunia, termasuk Indonesia, berharap memasuki masa pensiun di usia yang lebih muda dari generasi sebelumnya. Secara global, generasi millenial berharap dapat menjalani pensiun pada usia 59 tahun, atau dua tahun lebih muda dari rata-rata usia pensiun saat ini, yakni 61 tahun.
Hal tersebut berdasarkan hasil survei HSBC terhadap 18 ribu responden dari 16 negara, termasuk Indonesia. Yang menarik, rata-rata millenial Indonesia bahkan menargetkan pensiun pada usia yang lebih muda lagi, yakni 56 tahun.
“Hanya 10 persen millenial yang berkeinginan untuk terus dapat bekerja setelah usia 65 tahun,” demikian tertulis dalam siaran pers yang terima Katadata. (Baca juga: Pemerintah Khawatir Generasi Millenial Tak Bisa Beli Rumah)
Namun, keinginan millenial untuk pensiun muda diyakini para responden tidak mudah. Berdasarkan hasil survei, hanya 10 persen dari responden global yang berpendapat milenial tengah berada di posisi paling nyaman untuk pensiun.
Kebanyakan responden global yaitu sebesar 42 persen justru menilai generasi tua yaitu generasi baby boomers yang lahir pasca perang dunia kedua atau saat tingkat kelahiran tinggi, sebagai generasi yang akan mengalami masa pensiun ternyaman. (Baca juga: OJK: Hanya 27 Persen Penduduk Usia Produktif Punya Dana Pensiun
Penilaian tersebut lantaran 53 persen responden percaya bahwa milenial telah mengalami masa pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari generasi sebelumnya. Sebanyak 58 persen responden juga sepakat bahwa millenial saat ini tengah dituntut membayar konsekuensi kondisi ekonomi yang terbangun di generasi sebelumnya, seperti dampak krisis ekonomi maupun meningkatnya utang negara.
Namun, sebanyak 54 persen responden meyakini millennial sebetulnya lebih beruntung dalam hal kualitas hidup dibanding generasi sebelumnya. Kualitas hidup yang lebih baik membuat ekspektasi hidup generasi milenial lebih lama. Indonesia sendiri mencatat, lama ekspektasi hidup setelah pensiun di atas rata-rata, yakni 21 tahun.
Sebanyak 60 persen responden juga mempercayai bahwa millennial lebih memiliki keleluasaan dalam mempersiapkan masa pensiun lantaran banyaknya opsi pensiun yang mereka miliki.
Untuk mempersiapkan hari tua, millenial dunia mengaku telah mulai menabung sejak usia 26 tahun. Sementara rata-rata milenial Indonesia baru mulai menabung di usia 27 tahun. (Baca juga: Bappenas Ingin Pekerja Informal Mendapat Jaminan Pensiun)
Di sisi lain, generasi millenial juga tercatat lebih berani mengambil risiko dalam menginvestasikan uangnya. Sebanyak 39 persen dari responden millenial sangat tertarik mengambil investasi berisiko demi menjamin kondisi finansial mereka stabil. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan keberanian generasi yang lebih senior. Hanya 33 persen responden generasi X dan 22 persen responden generasi Baby Boomers yang tertarik mengambil investasi berisiko.
Sebanyak 65 persen millennial pun telah siap memangkas biaya pengeluaran demi menambah tabungan. Sebesar 61 persen dari mereka pun menyatakan sangat aktif mencari informasi yang bermanfaat demi memantapkan keputusan finansial.
Adapun, 51 persen milennial aktif 'memutar uang' guna mendapatkan keuntungan optimal. Bahkan, Indonesia menduduki posisi tertinggi ketiga setelah Tiongkok dan India dalam aktivitas tersebut.
Demi memperkuat kondisi keuangan ketika pensiun, HSBC menyebut ada empat langkah yang bisa dilakukan generasi millenial. Pertama, generasi millenial perlu memastikan dana pensiun telah dipersiapkan sejak awal. Gangguan kesehatan paling potensial pun harus diantisipasi di masa pensiun nanti.
Kedua, generasi millenial juga harus mempertimbangkan beragam sumber pendanaan serta strategi yang tepat dalam menabung dan berinvestasi. Ketiga, millenial perlu memiliki perencanaan untuk kejadian tak terduga yang dapat berdampak besar terhadap ketersediaan dana pensiun.
Terakhir, generasi millenial perlu memanfaatkan keunggulan teknologi untuk membantu memudahkan perencanaan keuangan jangka panjang.