Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) meraup pendapatan sekitar Rp 2,5 triliun pada 2016 lalu. Tahun ini, perusahaan pelat merah tersebut menargetkan peningkatan pendapatan di atas 50 persen.
“Tahun ini mudah-mudahan tumbuh di atas 50 persen, kurang lebih ke depan kita bisa capai Rp 4 triliun,” kata Direktur Utama Peruri Prasetio dalam kunjungan ke pabrik uang Peruri di Karawang, Jawa Barat, Rabu, 18 janauri 2017.
Target tersebut terbilang ambisius, sebab rerata pertumbuhan pendapatan Peruri sejak 2012 hingga 2016 sebesar 22 persen. Namun Prasetio telah menyiapkan strategi untuk mencapainya. “Dengan memperluas pasar internasional dan bisnis digital,”ujarnya.
(Baca juga: Risih Diterpa Hoax, Peruri Ajak Wartawan Tinjau Pabrik Uang)
Prasetio mengungkapkan, saat ini telah ada beberapa negara yang telah menyatakan tertarik menggunakan jasa Peruri untuk mencetak dokumen sekuritas mereka. Di antaranya, negara-negara di kawasan Asia Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
Selain itu, ada juga beberapa mata uang asing yang pernah dicetak oleh Peruri. Di antaranya adalah mata uang negara Nepal (ruppe), mata uang Somalia (shillir), dan uang koin Argentina yaitu peso. Peruri juga pernah membuatkan mata uang Malaysia, Bangladesh, serta Sri Lanka.
“Negara-negara di Asia Tengah itu pasar yang masih terbuka. Karena buat mereka kalau bangun industri perncetakan itu skala ekonomisnya tidak sesuai, mending ambil dari kita,” kata Prasetio.
(Baca juga: Sri Mulyani Bersiap Hadapi Ketua FPI soal Isu Palu Arit di Rupiah)
Saat ini, Prasetio menyatakan, sekitar 60 persen pendapatan Peruri berasal dari pesanan Bank Indonesia untuk mencetak Rupiah. Selain itu, 30 persen dari dokumen sekuritas dalam negeri, dan hanya 10 persen pendapatan dihasilkan dari pesanan mata uang dan dokumen sekuritas asing. “Kami menargetkan kontribusi dari pendapatan non-uang semakin besar,” ujarnya.
Tahun ini, Prasetio menyatakan bahwa Peruri akan mulai diversifikasi produk ke bisnis digital. Salah satunya adalah melalui pembuatan label sekuriti seperti barcode yang terhubung langsung dengan database untuk melacak keaslian suatu produk. Sistem seperti ini banyak digunakan oleh perusahaan farmasi untuk memproduksi obat dan vaksin.
Selain itu, Peruri juga akan mengembangkan Smart Card Industry. Ia mengatakan perusahaannya sudah memiliki kompetensinuntuk mencetak. Namun, untuk memenuhi pesanan skala besar perlu melakukan akuisisi dan merger dengan perusahaan lain.
(Baca juga: BI Laporkan Penyebar Hoax Pencetak Rupiah Baru ke Polisi)
“Sekarang banyak hal yang menyangkut security, sertifikat, materai, semua dielektronikan, e-pasport lah, e-materai dan lain-lain. Itu pasarnya, mau tidak mau kita akan masuk ke sana.” Kata Prasetio.