George Soros dikenal sebagai investor kawakan dan pernah memprediksi secara tepat munculnya krisis finansial di Asia Tenggara tahun 1997. Namun, bukan berarti dia imun dari kerugian. Gara-gara terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada awal November 2016 lalu, Soros menderita kerugian hampir US$ 1 miliar atau lebih Rp 13 triliun.
Bahkan, demi mengurangi kerugian yang lebih besar, Soros dikabarkan melakukan penjualan (cut loss) portofolio investasinya. "Soros melakukan penyesuaian dan menghentikan sejumlah investasinya akhir tahun lalu," ujar sumber The Wall Street Journal, yang kemudian dilansir The Washington Post, Kamis (12/1).
Kali ini, Soros memang kena batunya. Sesaat setelah diketahui Trump memenangkan pemilihan Presiden AS pada 9 November 2016, Soros langsung pasang posisi jual karena memprediksi bursa saham akan semakin anjlok. (Baca: Mata Uang Asia Terpuruk Jelang Konferensi Pers Presiden Trump)
Namun, kenyataannya, bursa saham malah meningkat karena para investor melihat kebijakan Trump akan mampu mendongkrak ekonomi di dalam negeri Amerika. Alhasil, Soros pun menderita kerugian besar.
Aset Soros dan keluarganya senilai US$ 30 miliar selama ini dikelola oleh perusahaan investasi miliknya sendiri bernama Soros Fund Management. Meski mengalami kerugian di pengujung tahun, perusahaan investasi ini mendapatkan keuntungan 5 persen sepanjang 2016.
(Baca: CSIS: Kebijakan Trump Bisa Buat Rupiah Tertekan Tahun Ini)
Yang menarik, Soros dan trump selama ini dikenal selalu berseberangan dan saling menjatuhkan. Seperti dilansir Bloomberg, Rabu (11/1), Trump pernah menuduh Soros terlibat dalam praktik global yang terstruktur, untuk "merampok" kelas pekerja. Ia pun menuding Soros melarikan uang ke perusahaan-perusahaan besar serta entitas politik.
(Baca: Pidato Terakhir Obama: Hoax, Michelle dan Ancaman Demokrasi)
Trump juga menuding Soros bermain mata dengan otoritas keuangan di AS dan terlibat dalam manipulasi pasar. Dalam sebuah tayangan komersial sebelum pemilu AS digelar, November tahun lalu, Trump menunjukkan foto Soros bersama kepala bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen, serta CEO Goldman Sachs Group Inc. Lloyd Blankfein.