Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) menargetkan dapat mengoperasikan perusahaan prinsipal pengalihan dan penghubung Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau switching company, pada akhir tahun ini. Setelah beroperasi, nantinya seluruh ATM milik Himbara bakal terintegrasi dalam jaringan switching company ini.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirdjoatmodjo menuturkan saat ini Himbara masih menyelesaikan beberapa permasalahan, seperti perizinan nama dan pembentukan perusahaan tersebut di Kementerian Hukum dan HAM. Rencana ini juga masih menunggu izin dari Bank Indonesia (BI).
"Jadi ini setelah ada persetujuan, Desember ini kami mau launching," ujar Kartika saat ditemui di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Rabu (2/11).
Menurut Kartika, integrasi ATM milik Himbara dengan jaringan dari switching company ini bakal berlangsung secara bertahap. Tahun depan, Himbara menargetkan 10 ribu ATM sudah bisa terintegrasi. Selanjutnya, seluruh ATM milik Himbara bakal terintegrasi dalam dua sampai tiga tahun ke depan. (Baca juga: Rini Minta Bank BUMN Topang Blanja.com Jadi Lapak Online UKM)
Ia menjelaskan, fitur-fitur layanan di mesin ATM dengan jaringan baru tersebut akan tetap sama. Bedanya, tidak ada biaya tarik tunai alias gratis. Sedangkan tarif switching ke jaringan lainnya belum dibahas. Adapun perusahaan switching tersebut bakal berada di bawah PT Telkom Indonesia untuk sementara waktu.
"Sementara masih Telkom dulu yang ambil. Selanjutnya nanti akan Holding atau Himbara company yang masuk," ujar Direktur Digital & Strategic Portofolio PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., Indra Utoyo. Ia menargetkan, perusahaan ini bisa mengantongi izin dari Kemenkumham dalam waktu dua minggu ke depan.
Sejauh ini, kata Indra, perusahaan BUMN yang terlibat dalam pembentukan switching company tengah membahas kajian teknis atas rencana tersebut. Kajian ini meliputi, lokasi, perubahan aplikasi dan fitur, serta kelengkapan lainnya.
Lebih lanjut, Indra menjelaskan, nama Bank Himbara akan dihilangkan di ATM-ATM milik Bank BUMN. Yang tersisa hanya nama perusahaan switching baru tersebut, yang rencananya bakal bernama Jalin Pembayaran Nusantara. Perusahaan itu akan mengadopsi jaringan yang sudah ada yakni Link.
Sebagai informasi, saat ini terdapat empat perusahaan operator jaringan ATM di Indonesia yaitu PT Artajasa Pembayaran Elektronis yang mengelola jaringan ATM Bersama, Rintis Sejahtera (ATM Prima), PT Sigma Cipta Caraka (ATM Link), dan PT Daya Network Lestari (ATM Alto).
Kerja sama dengan Telkom bukan hanya dalam pembentukan perusahaan switching , yang mensinergikan ATM bank-bank pelat merah. Telkom juga akan menjalankan bisnis prinsipal kartu kredit nasional. Prinsipal tersebut bertujuan untuk membuat transaksi elektronik bank lebih efisien. Prinsipal ini menyaingi dominasi prinsipal asing seperti Visa dan Mastercard. (Baca juga: Rebut Pasar Visa-Mastercard, Bank BUMN Buat Perusahaan Kartu Kredit)
Prinsipal kartu kredit (credit card principal) merupakan lembaga yang menjalankan pembayaran, sekaligus memiliki jaringan kartu kredit. Bank yang menerbitkan kartu kredit melalui kerja sama dengan perusahaan prinsipal akan membayar biaya (fee) atas jasa yang diberikan prinsipal tersebut.
Awal September lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno menjelaskan selama ini, transaksi kartu kredit terafiliasi perusahaan prinsipal asing jauh lebih besar dibandingkan dengan transaksi kartu kredit lokal. "Transaksi EDC melalui Visa dan Mastercard 99,6 persen,” ujarnya.
Rini berharap, setelah beroperasinya perusahaan prinsipal kartu kredit tersebut, transaksi elektronik bank bisa lebih efisien. Selain itu, fee yang selama ini mengalir ke perusahaan prinsipal asing bisa dinikmati oleh perusahaan prinsipal lokal. "Penghematan devisa negara dan fee akan diperoleh dan dinikmati prinsipal domestik," kata Rini.