Deutsche Bank tersangkut gugatan denda sebesar US$ 14 miliar atau sekitar Rp 181,6 triliun oleh pengadilan federal Amerika Serikat (AS). Kewajiban harus membayar denda bernilai jumbo itu memicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap nasib bank besar di Eropa itu sehingga berpotensi memicu krisis baru perbankan.
Kekhawatiran itu tercermin dari kejatuhan harga saham Deutsche Bank di bursa saham dunia sejak dua pekan lalu. Harga sahamnya pun sempat anjlok hingga ke level terendah dalam 30 tahun terakhir. (Baca: IMF Kategorikan Deutsche Bank Paling Berisiko di Dunia)
Namun, harga saham Deutsche Bank kembali bangkit (rebound) pada perdagangan di bursa saham AS pada akhir pekan lalu dan di bursa Asia pada Senin ini (3/10). Penopangnya adalah, Deutsche Bank dan Departemen Kehakiman AS dikabarkan hampir menyepakati nilai pembayaran denda sebesar US$ 5,4 miliar atau sekitar Rp 70 triliun pada Jumat pekan lalu. Artinya, jumlah dendanya lebih kecil 60 persen dari keputusan sebelumnya.
Pengadilan telah memutuskan Deutsche Bank bersalah dalam menjual kredit perumahan murah atau subprime mortgage, yang menjadi biang keladi krisis pasar keuangan di AS pada 2008 silam. Pada Minggu, 2 Oktober 2016, The Wall Street Journal mengungkapkan beban denda yang harus dibayar Deutsche Bank akibat kesalahan itu dan proses pembicaraannya dengan Departemen Kehakiman AS untuk menegosiasikan nilai denda.
Laporan itu menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan finansial Deutsche Bank untuk membayar denda tersebut. Sebagai bank terbesar ke-4 di eropa dan ke-11 di dunia, masalah tersebut akan menimbulkan risiko sistemik terhadap perbankan dan pasar keuangan dunia. Apalagi, Pemerintah Jerman telah menyatakan tidak akan melakukan upaya penyelamatan (bailout) terhadap Deutsche Bank.
Pada Juni lalu, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mengelompokkan Deutsche Bank sebagai bank paling berisiko di dunia dan berkontribusi penting terhadap risiko sistemik di sistem keuangan global. “Sudah jelas, kewajiban pembayaran US$ 14 miliar ini membuat pasar cemas,” ujar Kepala Ekonom UniCredit, Erik F. Nielsen, seperti dilansir Reuters, Senin, 3 Oktober 2016.
Deutsche Bank memang jauh lebih kecil dibandingkan JPMorgan dan Citigroup di AS. Namun, bank ini memiliki hubungan dagang yang berpengaruh dengan lembaga-lembaga keuangan dunia. (Baca: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Amerika Jadi 2,2 Persen)
Chief Executive Deutsche Bank John Cryan akan menghadiri pertemuan tahunan dengan IMF di Washington pekan ini. Harian Jerman, Frankfurter Allgemeine Zeitung melaporkan sejumlah petinggi bank tersebut juga akan datang untuk bernegosiasi dengan otoritas AS. (Baca: Tiga Bank Asing Tampung Dana Repatriasi)
Para petinggi perusahaan ternama Jerman, termasuk BASF, Daimler, dan Siemens bersatu membela Deutsche Bank. “Industri Jerman membutuhkan Deutsche Bank untuk mendampingi kami di dunia,” kata Chairman BASF, Juergen Hambrecht.