PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menerbitkan surat utang jangka menengah berdenominasi euro atau Euro Medium Term Notes (Euro MTN), pada Rabu (6/5) lalu. Target perolehan dana dari aksi korporasi tersebut sebesar US$ 2 miliar atau setara Rp 29 triliun.
Euro MTN ini didaftarkan pada Singapore Stock Exchange (SGX-ST). "Perseroan dapat menerbitkan surat utang secara bertahap," kata Sekretaris Perusahaan BNI Meiliana dalam dokumen keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/5).
BNI akan menyampaikan rencana penawaran dan penerbitan surat utang ini kemudian hari, termasuk ketentuan mengenai nilai pokok, suku bunga, dan, tenor. BNI bakal memperhatikan kebutuhan serta situasi dan kondisi pasar global dalam menerbitkan global bond ini.
(Baca: Surat Utang Global Bank Mandiri Rp 7,6 Triliun Kebanjiran Peminat)
"(Surat utang ini) akan ditawarkan kepada investor dengan tunduk pada Regulation S (Reg S) berdasarkan US Securities Act," seperti dikutip lebih lanjut.
Perusahaan akan menggunakan pinjaman ini untuk ekspansi bisnis dan pembiayaan kembali utang. “Pembentukan Program EMTN dan rencana penerbitan surat utang di dalamnya akan berdampak positif bagi perseroan karena ditujukan antara lain untuk ekspansi bisnis dan pembiayaan kembali utang yang telah ada (debt refinancing),” kata Meiliana.
Sejak beberapa waktu terakhir, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ramai menerbitkan surat berdenominasi dolar. Sebelumnya, ada PT Hutama Karya (Persero) sukses menerbitkan global bond sebesar sebesar US$ 600 juta atau setara Rp 9 triliun. BUMN konstruksi tersebut menawarkan kupon sebesar 3,75%.
(Baca: Hutama Karya Jual Obligasi Global Rp 9 T untuk Proyek Trans Sumatera)
Dalam penawarannya, HK mencatat kelebihan permintaan hingga 6 kali dari nilai yang diterbitkan. Adapun Investor yang melakukan pembelian global bond berasal dari Asia (42%), Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (30%), dan Amerika Serikat (28%).
Sehari setelahnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sukses menerbitkan surat utang atau obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) alias global bond pada Selasa (5/5). Bank pelat merah ini berhasil meraup dana segar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,56 triliun.
Dalam proses penawarannya, obligasi Bank Mandiri ini kebanjiran peminat dengan mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hampir 5 kali. Total permintaan investor mencapai US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 36,31 triliun.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan banyaknya minat investor terhadap global bond yang diterbitkan BUMN ini menjadi bukti bahwa Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi menarik di dunia.
Erick mendorong kepada BUMN lain untuk terus kreatif dalam mencari pendanaan. Tidak hanya mengandalkan kucuran dana dari perbankan, penerbitan obligasi dalam dolar katanya perlu diambil.
(Baca: Sri Mulyani Batal Terbitkan Surat Utang Khusus Pandemic Bond)