Intip 3 Fokus Bank Mandiri Kejar Target Pertumbuhan Kredit 7%

Katadata/Bank Mandiri
Paparan Kinerja Bank Mandiri Kuartal II-2020
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
30/8/2021, 13.22 WIB

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memasang target pertumbuhan kredit perbankan mencapai 6% - 7% sepanjang 2021. Untuk menjalankannya, ada tiga fokus bisnis yang dilakukan oleh bank milik negara ini.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, fokus pertama dalam penajaman bisnis yaitu, dengan melakukan integrasi bisnis korporasi (wholesale) dan ritel. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi rantai nilai (value chain) pada ekosistem nasabah wholesale yang sudah ada.

Fokus kedua, mengoptimalkan potensi bisnis dan sektor unggulan di wilayah secara prudensial kepada pelanggan yang ditargetkan. Emiten berkode saham BMRI ini mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat sehingga menghasilkan kualitas kredit yang cukup baik.

"Ketiga, Bank Mandiri akan mengakselerasi digital dengan mengembangkan solusi digital, perbaikan proses, modernisasi channel, serta peningkatan kapabilitas core banking," kata Darmawan dikutip dari rilis resmi, Senin (30/8).

Fokus bisnis ini salah satunya diwujudkan melalui penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp 19,68 triliun pada akhir paruh pertama tahun ini atau 63,5% dari target 2021. Jumlah penerimanya lebih dari 200 ribu debitur UMKM dengan kualitas yang terjaga baik.

Pada program restrukturisasi kredit terdampak pandemi, Bank Mandiri telah memberi persetujuan restrukturisasi kepada lebih dari 548 ribu debitur dengan nilai persetujuan Rp 126,5 triliun. Dari nilai tersebut, total baki debet restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 96,5 triliun hingga Juni 2021, di mana 62% dari total debitur restrukturisasi merupakan pelaku usaha UMKM.

Pada program restrukturisasi kredit terdampak pandemi Covid-19, Bank Mandiri telah memberi persetujuan restrukturisasi kepada 548 ribu debitur dengan nilai persetujuan sebesar Rp 126,5 triliun. Dari nilai tersebut, hingga Juni 2021, total baki debet restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 96,5 triliun, di mana 62% dari total debitur restrukturisasi merupakan pelaku usaha UMKM.

Dari sisi inovasi serta akselerasi digital, pengguna aplikasi digital Bank Mandiri Livin' mencapai 7,8 juta per Juni 2021. Angka tersebut meningkat 45% dibanding periode setahun sebelumnya. Transaksi finansial Livin' mencatatkan kenaikan sebesar 65% secara tahunan menjadi 434,9 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai Rp 728,9 triliun per Juni 2021.

Darmawan mengatakan, Bank Mandiri sadar potensi keuangan digital yang masih luas. Untuk itu, pada sisa 2021 ini bank tengah mengembangkan solusi digital untuk mendorong pertumbuhan transaksi digital nasabah, baik perusahaan maupun individual.

Berdasarkan laporan keuangan, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan kredit secara konsolidasi sebesar 16,4% menjadi Rp 1.014,3 triliun sepanjang semester I-2021. Pertumbuhan ini ditopang oleh segmen wholesale banking yang tercatat tumbuh 7,13% menjadi Rp 534,2 triliun per akhir kuartal II 2021.

Sementara itu, pembiayaan ke segmen UMKM tercatat naik 20,1% menjadi Rp 98,3 triliun hingga kuartal II 2021. Dari sisi kualitas kredit, rasio non-performing loan (NPL) gross tercatat sebesar 3,08% menurun dari 3,29%.

Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Bank Mandiri secara konsolidasi hingga kuartal II 2021 tumbuh 19,73% menjadi Rp 1.169,2 triliun dengan komposisi dana murah (CASA) sebesar 68,49%. Pertumbuhan dana murah terutama didorong oleh pertumbuhan giro (bank only) sebesar 40,9% di triwulan II 2021.

Biaya dana atau cost of fund (CoF) Bank Mandiri yang sejak awal tahun ini (year to date) tercatat 1,71%, turun dari level 2,53% pada akhir tahun lalu.

Pada akhir triwulan II 2021, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan laba bersih 21,45 % menjadi Rp 12,5 triliun. Hal ini terutama disokong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 21,50% menjadi Rp 35,16 triliun, serta pertumbuhan pendapatan berbasis jasa (fee based income) sebesar 17,27 % menjadi Rp15,94 triliun.

“Kami memandang tren pertumbuhan ini sebagai sinyal positif bahwa permintaan masih ada dan diharapkan akan terus meningkat. Namun, kami akan tetap waspada dalam mengeksekusi rencana bisnis ke depan,” kata Darmawan.

Reporter: Ihya Ulum Aldin