EDISI KHUSUS | Jelajah Jalan Raya Pos

Pencapaian Positif BNI di Tengah Ketidakpastian Akibat Pandemi

BNI
Penulis: Dini Hariyanti - Tim Publikasi Katadata
4/11/2021, 16.54 WIB

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. membukukan pencapaian positif pada kuartal III – 2021 di tengah tantangan secara sosial dan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal ini berkat kedisiplinan  insan BNI yang senantiasa bersinergi untuk mempercepat transformasi digital.

Pada kuartal ketiga tahun ini, emiten berkode BBNI tersebut berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 73,9 persen secara year on year (yoy). Perinciannya, pada kuartal III – 2020, perseroan mengantongi laba Rp 4,3 triliun lantas menjadi Rp 7,7 triliun pada kuartal ketiga 2021.

“Pertumbuhan laba ini terutama berasal dari pertumbuhan fee based income dan net interest income, masing-masing sebesar 16,8 persen dan 17,6 persen secara year on year,” tutur Direktur Utama BNI Royke Tumilaar melalui keterangan resmi, Kamis (4/11/2021).

Dia mengimbuhkan, pencapaian tersebut juga hasil dari transformasi BNI yang salah satunya ditujukan untuk memperkuat kapabilitas dalam transactional banking. Kinerja penghimpunan dana murah terjaga sehat, ini menjadi salah satu pendukung kredit yang solid. Porsi dana murah atau CASA 69,7 persen dari total DPK, ini tertinggi dalam sepuluh tahun belakangan.

Perinciannya, CASA tumbuh 8 persen secara yoy, dari Rp 431,3 triliun pada kuartal III – 2020 menjadi Rp 465,7 triliun pada kuartal III – 2021. Current account saving accounts BNI didominasi DPK yang tumbuh 1,4 persen (yoy), dari Rp 659,52 triliun menjadi Rp 668,55 triliun. Kondisi ini berimbas terhadap beban bunga yang bisa dihemat 100 basis poin secara year on year.

Pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) tumbuh 21 persen (yoy), ini tercapai berkat struktur pendanaan berbiaya murah yang kuat. Hal ini berkontribusi terhadap pemulihan net interest margin (NIM) sebesar 50 basis poin (yoy). Pendapatan bunga bersih (NII) turut meningkat 17,5 persen (yoy), dari Rp 24,39 triliun menjadi Rp 28,70 triliun pada kuarta III – 2021. Kenaikan NII terimbas distribusi kredit perseroan yang tumbuh 3,7 persen (yoy) dari Rp 550,07 triliun menjadi Rp 570, 64 triliun.

Lebih jauh, Royke menjelaskan bahwa pihaknya juga membukukan pertumbuhan pendapatan nonbunga menjadi Rp 10,21 triliun pada kuartal III – 2021, atau naik 14,2 persen (yoy). Pencapaian ini bersumber dari meningkatnya kinerja fee based income (FBI), misalnya pemeliharaan kartu debit dan rekening yang naik 5,8 persen (yoy) menjadi Rp 1,92 triliun pada kuartal III – 2021.

Ada pula sumbangsih dari pendapatan layanan ATM dan e-channel yang meningkat 12,4 persen (yoy) menjadi Rp 1,14 triliun pada kuartal III tahun ini. Belum lagi FBI dari layanan trade finance naik 19,8 persen (yoy) menjadi Rp 1,08 triliun pada kuartal III – 2021. Satu lagi adalah pendapatan komisi dari marketable securities yang menjadi Rp 1,59 triliun atau tumbuh 54,4 persen.

“Kondisi kuartal ketiga 2021 ini sangat dinamis, mengingat sempat terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 yang memuncak pada Juli. Situasi ini juga diikuti dengan pemberlakuan kegiatan masyarakat atau PPKM berdasarkan level,” kata Royke.

Tak dipungkiri, keadaan yang ada jelas menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan termasuk BNI. Yang pasti, perseroan tetap mengapresiasi segala upaya pemerintah dan kekompakan seluruh elemen bangsa dalam menahan laju penyebaran virus corona hingga sekarang relatif terkendali dan perekonomian berangsur pulih.