PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) optimistis penyaluran kreditnya bisa tumbuh sekitar 7% - 8% pada 2022 sesuai rencana bisnis bank (RBB). Meski begitu, proyeksi kredit tersebut dibuat sebelum adanya varian baru Covid-19, Omicron.
"(Pertumbuhan kredit 2022) Sekitar 7% sampai 8%, cuma belum ada omicron waktu buat RBB," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja kepada Katadata.co.id, Senin (29/11).
Jahja belum menjelaskan lebih lanjut terkait efek dari berkembangnya varian baru tersebut kepada penyaluran kredit. BCA berharap pandemi Covid-19 di Indonesia semakin terkendali dan geliat perekonomian di Indonesia bangkit.
Hal tersebut seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berjalan disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan.
Jahja mengatakan, ada sejumlah sektor usaha yang punya prospek cerah tahun depan untuk menopang pertumbuhan kredit. Seperti sektor telekomunikasi, minyak sawit mentah (CPO), logistik, dan makanan-minuman merupakan sektor potensial tahun depan.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn menambahkan, target pertumbuhan kredit yang dipatok BCA tahun depan, lebih tinggi dibandingkan pada perkiraan pertumbuhan kredit akhir tahun 2020 sekitar 4% sampai 6%.
Pertumbuhan kredit tahun ini, akan ditopang salah satunya oleh likuiditas yang masih memadai. "Selain itu, harapan akan pemulihan ekonomi juga ada sehingga dapat mendorong permintaan kredit," kata Hera kepada Katadata.co.id.
BCA melihat tren pertumbuhan kredit tahun ini yang lebih baik jika dibandingkan tahun lalu dengan pertumbuhan tertinggi ditopang oleh beberapa sektor, antara lain minyak nabati/hewani, telekomunikasi, dan pembiayaan konsumen.
Sementara, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo mengatakan BCA akan mengalami penurunan pertumbuhan kredit sepanjang 2021. Hal ini dipicu realisasi pertumbuhan kredit yang melambat pada Juli 2021, akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di tengah kondisi pandemi Covid-19.
"Kami merevisi turun perkiraan pertumbuhan kredit BBCA dari 7,7% menjadi 5,0% pada 2021," kata Handiman dalam hasil riset tertulisnya, Kamis (23/9).
Handiman mengatakan, emiten berkode saham BBCA ini mencatat pertumbuhan kredit terendah di antara empat bank terbesar per Juli 2021. Pasalnya, penyaluran kredit yang sangat ketat pada periode PPKM yang mengakibatkan estimasi pendapatan bunga juga akan berubah.
Total kredit BCA tumbuh 4,1% secara tahunan menjadi Rp 605,87 triliun pada September 2021, dibanding Rp 581,85 triliun. Penyokong utama kredit BCA dalam sembilan bulan pertama tahun ini masih dari segmen korporasi.
BCA menyalurkan kredit korporasi Rp 269,89 triliun per September 2021 atau naik 7,1% dari periode sama tahun lalu Rp 251,99 triliun. Sektor manufaktur mendominasi sebesar 23,1%, diikuti oleh sektor perdagangan 22,2%.
Bank milik Grup Djarum ini juga menyalurkan kredit ke segmen komersial dan bisnis usaha kecil dan menengah (SME) Rp 185,44 triliun, tumbuh 1,5% dari Rp 182,72 triliun.
Segmen kredit lain yaitu, konsumer yang totalnya Rp 144,67 triliun, naik 2,1% dari Rp 141,66 triliun. Kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi penyokong utamanya, di mana BCA mampu bukukan Rp 95,07 triliun atau tumbuh 6,5% dari periode sama tahun lalu Rp 89,3 triliun.
Masih di segmen konsumer, penyaluran kredit melalui kartu kredit mencapai Rp 13,94 triliun atau tumbuh 1,2% dari Rp 13,77 triliun. Sementara itu, kredit kendaraan bermotor (KKB), baik motor maupun mobil, totalnya Rp 95,07 triliun atau turun 7,6% dari Rp 38,57 triliun.