Sebagian besar Generasi Z (Gen Z) lebih memilih menggunakan dompet elektronik (e-wallet) dibanding kartu anjungan tunai mandiri (ATM) bank. Hal ini terungkap dalam survei 'Perilaku Keuangan Gen Z dan Y' yang dilakukan Zigi bersama Katadata Insight Center (KIC).
Survei dilakukan secara daring terhadap 5.204 responden yang tersebar di 34 provinsi pada 6-12 September 2021. Responden mayoritas Gen Z dan Gen Y, dengan uraian, 55% responden dari Gen Y, 32,5% Gen Z, 12% Gen X, dan 0,5% Baby Boomer.
Generasi Z merupakan generasi yang lahir pada tahun 1995-2010, sementara itu, Generasi Y atau biasa disebut generasi milenial lahir pada rentang tahun 1980-1995.
Hasil survei menunjukkan, mayoritas Gen Z atau sekitar 68% menggunakan e-wallet. Sementara itu, hanya 35,4% Gen Z yang memiliki dan menggunakan ATM bank dalam aktivitas keuangannya. Selain ATM, kepemilikan rekening pada generasi ini juga lebih sedikit dari e-wallet.
Manajer Riset Katadata Insight Center (KIC), Vivi Zabkie mengatakan alasan penggunaan e-wallet paling banyak adalah karena mudah digunakan, faktor keamanan, hemat waktu, ada promo dan pembukaan akun yang mudah.
“Alasan kepraktisan ini muncul dalam beberapa riset kami terkait keuangan digital. Apalagi membuka akun e-Wallet sangat mudah dibanding rekening dan ATM, terutama rekening & ATM bank konvensional,” ujar Vivi dalam keterangan tertulis, Kamis (13/1).
Survei ini juga menemukan bahwa rekening bank digital mulai banyak dilirik. Dalam survei ini, rekening digital digunakan oleh 24,3% responden.
Berdasarkan kelompok generasinya, pembukaan dan penggunaan jenis rekening bank pada Gen Z dan Gen Y sedikit berbeda. Generasi millenial lebih banyak memiliki rekening bank konvensional (45,7%) dibanding rekening bank digital (27,5%). Sementara itu, kepemilikan rekening bank konvensional dan bank digital oleh Gen Z tercatat nyaris seimbang, yakni masing-masing 19,6% dan 18,5%. .
Menurut Vivi, ini menunjukkan kepemilikan rekening bank digital berpotensi akan dianggap sebagai hal yang umum atau biasa di masa mendatang.
Beli Baju dan Pulsa dengan Kredit
Selain pemakaian perilaku menyimpan dana, survei juga menggali perilaku kedua generasi ini dalam memanfaatkan fasilitas kredit. Dalam survei yang dilakukan secara daring dengan responden dari 34 provinsi ini, sebanyak 13,8% responden pernah memanfaatkan fasilitas kredit ataupaylater.
Pada Gen Y, paylater digunakan oleh 16,5% responden, sedangkan pada Gen Z, terdapat 9,7% responden yang menggunakannya. Gen Y dan Gen Z memanfaatkan fasilitas kredit untuk membeli jenis produk yang berbeda.
Pada Generasi Millenial, 49% responden mengatakan menggunakan kredit/paylater untuk membeli telepon seluler. Lalu, 46,4% menggunakanya untuk membeli produk fesyen, pulsa (42,6%), dan elektronik (44%).
Gen Z yang menggunakan kredit/paylater membeli kebutuhan fashion jauh lebih banyak dibanding generasi sebelumnya. Sebanyak 61% Gen Z mengatakan menggunakan paylater untuk membeli produk fesyen, seperti baju, celana, sepatu dan lainnya. Lebih dari separuh responden Gen Z juga membeli pulsa (56,6%) dengan kredit.
Sedang untuk kebutuhan lain, seperti membeli gadget dan elektronik hanya dilakukan kurang dari 25% responden. “Pada Gen Z selain fashion, tampaknya kebutuhkan komunikasi menjadi prioritas dan paling banyak menyedot keuangan. Ini terlihat dari uraian kebutuhan rutin bulanan generasi ini,” ujar Vivi.
Dari 1.692 responden Gen Z, sebanyak 72,9% menyebut biaya komunikasi (pulsa dan internet) sebagai kebutuhan rutinnya. Diikuti belanja bahan makanan (51,2%), bahan bakar (34,9%) dan membayar tagihan rutin (32,3%).
Sedangkan pada Gen Y, biaya komunikasi menempati tempat kedua dengan 75,9% menyebut biaya ini sebagai kebutuhan ini rutinnya. Selanjutnya, biaya makanan disebut oleh 77,2% atau kebutuhan rutin pertama.
[Baca Survei Lengkap KIC di sini: https://zigi.id/perilakukeuangangenz]