Perempuan dalam mengelola keuangan ternyata lebih cermat, disiplin dan lebih detil ketimbang laki-laki. Hal ini tergambar dalam Survei Nasional Mengelola Keuangan dan Investasi yang diselenggarakan oleh Katadata Insight Center KIC. Dalam survei ini tergambar karakteristik perempuan dalam pengelolaan keuangan lebih baik dibanding sebagai laki-laki, serta peran kepala rumah tangga juga mulai banyak dijalankan oleh perempuan.
Adek Media Roza, Head of KIC menjelaskan survei berlangsung 6-12 September 2021 melalui online, melibatkan 5024 responden termasuk di antaranya 2.288 perempuan. Oleh sebab itu, perempuan perlu didorong untuk mengambil peran penting dalam pemulihan perekonomian, termasuk dalam pengelolaan keuangan.
Survei KIC menemukan bahwa laki-laki mendahulukan pembelian barang yang dibutuhkan ketimbang mengalokasikan dana untuk pengeluaran tetap. Sebanyak 57% pria mengatakan tidak mengalokasikan secara khusus untuk menabung.
“Lebih banyak perempuan yang memisahkan tabungan dan rekening untuk kebutuhan sehari-hari, kemudian perempuan juga membuat catatan pengeluaran secara rinci,” kata Adek. Laki-laki yang melakukan kedua aksi lebih sedikit dibanding perempuan. “Ini menunjukkan bahwa perempuan lebih disiplin, lebih detail dan melakukan pencatatan tentang pengeluaran mereka.”
Dalam survei itu juga menemukan bahwa perempuan dan laki-laki hampir sama dalam mengalokasikan belanja makanan, minuman dan internet. Belanja makanan mendapat alokasi paling besar yaitu, 32,5% bagi perempuan dan laki-laki 32,1%.
Tak hanya itu, dalam survei disebutkan, saat kondisi keuangan mengalami penurunan, terdapat perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi hal itu. Menurut Adek, perbedaan terletak bahwa lebih banyak perempuan menabung daripada laki-laki.
“Hanya 33 persen responden laki-laki yang menabung, tapi ada 42 persen responden perempuan yang menabung, meski pun jumlah tabungan responden perempuan ini akan habis dalam 3 bulan jika dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.”
Pun jika perempuan mendapat penghasilan tambahan di luar gaji. Mereka akan cenderung menyimpan sebagai tabungan. “Perempuan juga lebih cenderung akan menyimpang uang tersebut untuk modal usaha, persentase lebih banyak kelompok perempuan untuk menabung dan modal usaha,” ungkap Ade.
Dalam perilaku investasi KIC mengadakan survei lanjutan terhadap 1.939 responden di mana 829 responden bergender perempuan. Hasilnya, meskipun sama-sama memprioritaskan masa depan hal investasi tapi persentasi perempuan jauh lebih tinggi. “Kelompok perempuan ini jauh melihat ke masa depan, dalam hal investasi. Sementara untuk tujuan mengambil keuntungan jangka pendek hanya sedikit, 25.9 %,” kata Adek. Angka ini berbanding terbalik dengan kecenderungan investasi laki-laki yang ingin mendapatkan keuntungan cepat dengan instrumen investasi berisiko tinggi.
Perempuan dan Modal Usaha
VIP Institutional Funding Investree Dhannie Ullyza Zawir, menjelaskan dari tahun ke tahun Investree mencatat peningkatan jumlah perempuan yang mencari pendanaan di platform Investree.
“Sampai tahun 2021, porsinya sekitar 69%, atau 36,7 miliar dana diberikan kepada peminjam perempuan, dalam hal ini jumlahnya 7.887,” kata Dhanie.
Jumlah peminjam laki-laki saat ini tercatat lebih kecil, yakni 504 orang yang dengan alokasi total pinjaman sekitar 31 persen. “Jadi kalau kita lihat dari sisi peminjam, lebih banyak perempuan yang lebih berani mengajukan pendanaan untuk usaha, terutama kalau untuk ritel ini ada retail productive loan, dalam hal ini microfinance, untuk perempuan.”
Sedangkan dari sisi investor atau lender perempuan lebih kecil dibanding laki-laki, “Jumlah lender perempuan di tahun 2021 sebanyak 7.940 dengan angka investasi kumulatif, hampir 1,6 triliun,” katanya. Investor retail laki-laki di Investree mengambil porsi 66%. “Hal yang menarik adalah, di beda sisi, untuk mengajukan pendanaan perempuan lebih banyak, tetapi ketika berinvestasi porsi laki-laki lebih banyak di platform kami.”
Pengelolaan keuangan yang lebih baik oleh perempuan juga tampak dalam gambaran kredit bermasalah atau non performing loans. NPL untuk perempuan selama 2020 dan 2021 tercatat lebih kecil dibanding laki-laki. “Di tahun 2020 Non performing loan untuk borrower perempuan, ada di level 3,48% dari total portofolio-nya. Sedangkan untuk borrower laki-laki, cukup besar 45,5%,” kata Dhannie.
Pada 2021 selama masa pandemi, NPL peminjam perempuan juga jauh lebih membaik menjadi 0,15%. “Dan borrower laki-laki malah kualitas loan asset-nya memburuk, menjadi 80%, ini mungkin juga ada hubungan dengan jumlah borrower laki-laki yang jumlahnya menurun juga di platform kami. Dan mungkin perempuan confirmed, seperti yang tadi dibilang bahwa mereka lebih teliti, dan lebih berhati-hati menyikapi ketika ada pandemi,” ucap Dhannie.
Kontributor: Arin