Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) yang baru resmi menjalankan tugas hari pertama setelah pelantikan pada Rabu (20/7) pagi. Pekerjaan pertama petinggi regulator sektor keuangan tersebut membahas tiga topik, salah satunya risiko stagflasi global.
Ketua DK OJK Mahendra Siregar mengatakan pada pertemuan hari pertama, ia dan delapan bos OJK lainnya akan mempercepat sejumlah strategi penting. Tiga langkah penting tersebut salah satunya merespons risiko perlambatan ekonomi dunia.
"OJK mengantisipasi dan menanggulangi sedapat mungkin risiko dari dampak pelemahan perekonomian global dan peningkatan harga yang telah membawa perekonomian dunia pada kondisi stagflasi dan kemungkinan dampaknya ke Indonesia," kata dia dalam konferensi pers kepada media secara daring, Rabu (20/7).
Stagflasi merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi perlambatan ekonomi yang disertai kenaikan inflasi. Seperti diketahui, perekonomian dunia kini dihadapkan pada risiko perlambatan, beberapa bahkan berisiko jatuh ke jurang resesi.
Di sisi lain, tekanan harga telah meningkat bukan hanya di negara maju tetapi juga negara berkembang. Beberapa negara bahkan telah mencatat inflasi tertingginya dalam beberapa dekade terakhir. Hal tersebut mendorong pengetatan moneter yang implikasinya kembali terhadap perlambatan ekonomi dunia.
Merespon risiko stagflasi tersebut, Mahendra menyebut forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengambil peran penting. Antisipasi tidak hanya dilakukan sendiri, melainkan diperlukan sinergi antara OJK dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Wakil Ketua OJK Mirza Adityaswara menyebut upaya memitigasi risiko dampak stagflasi tersebut bukan hanya dilakukan melalui koordinasi di dalam KSSK. Makanya otoritas bakal meningkatkan pengawasan kondisi masing-masing industri jasa keuangan maupun secara terintegrasi.
"Kesehatan industri jasa keuangan yang baik, akan sangat menentukan keberlanjutan pertumbuhan sektor riil termasuk UMKM di tengah kondisi ekonomi dunia yang penuh tantangan," kata Mirza dalam acara yang sama.
Di samping membahas risiko stagflasi, pertemuan hari pertama bos OJK tersebut juga membahas dua langkah strategis lainnya. Mahendra Cs membahas soal rencana mengintegrasikan kerja OJK, baik dari sisi pelayanan, pengaturan maupun pengawasan.
Selain itu, OJK juga membahas soal reformasi sektor keuangan di dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK). Seperti diketahui, omnibus law sektor keuangan tersebut bakal merevisi sejumlah undang-undang bukan hanya terkait OJK, melainkan juga Bank Indonesia, LPS hingga KSSK.