Survei: Baru 22% Anak Muda Melek Produk Investasi, Ini Penjelasannya

ANTARA FOTO/Reno Esnir/rwa.
Ilustrasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
15/8/2022, 14.49 WIB

PT Bank OCBC NISP Tbk. berkolaborasi dengan NielsenIQ meluncurkan riset tahunan yang menggambarkan kondisi kesehatan finansial generasi muda Indonesia. 

Hasil dari Financial Fitness Index 2022 menunjukkan sebanyak 42% generasi muda Indonesia merasa percaya diri bahwa perencanaan finansial mereka saat ini akan memberikan kesuksesan finansial di masa depan. Hal tersebut dibuktikan dari 80% dari mereka tidak melakukan pencatatan anggaran, dan hanya 26% yang memiliki dana darurat. 

Lalu, hanya 9% dari generasi muda yang telah memiliki produk investasi seperti reksadana, saham, dan tabungan berjangka. Hanya 17% yang sudah memiliki pendapatan pasif, 8% yang menggunakan uang sesuai anggaran. Terakhir, hanya 22% yang benar-benar paham mengenai produk investasi. 

Selain dari pada itu, data menunjukkan bahwa skor Financial Fitness Indonesia naik menjadi 40.06 di tahun 2022, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 37.72. Lalu, sebanyak 76% masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan keuangan yang perlu dibenahi. .

Director Consumer Insights di NielsenIQ Indonesia Inggit Primadevi mengatakan anak muda yang memiliki produk investasi seperti reksadana, saham, cryptocurrency, bertambah menjadi 9% di tahun ini. Namun 78% di antaranya tidak memahami risiko dan manfaat dari produk investasi. 

“Mereka cenderung berinvestasi karena mengikuti tren di masyarakat dan menganggap investasi adalah cara cepat untuk mendapatkan keuntungan yang besar,” katanya. 

Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP Chinni Yanti Tjhin menjelaskan sedikitnya generasi muda yang menabung dan berinvestasi secara terstruktur, merupakan kondisi yang mengkhawatirkan. 

Dia menambahkan bahwa anak muda, dapat mulai mengubah cara menabung dan berinvestasi. Sehingga dapat membeli atau memenuhi kebutuhan maupun keinginan di masa depan, seperti membeli rumah.

Selain itu, Chinni memaparkan bahwa onsep transformasi menabung dan investasi tidak sekadar menyimpan uang. Tetapi bagaimana anak muda mendapatkan imbal hasil yang lebih optimal melalui pemilihan produk yang sesuai dengan pengetahuan (risk appetite), profil risiko, dan jangka waktu investasi.

Tentunya, tanpa terlupakan, anak muda juga perlu mempertimbangkan keabsahan lembaga keuangan yang harus diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).  Sehingga, tidak hanya sekadar melihat dan mengejar jumlah keuntungan secara instan. Namun mulai menerapkan transformasi cara menabung dengan mendiversifikasikan uang mereka ke beberapa instrumen keuangan, seperti membagi tabungan dengan deposito, tabungan berjangka, dan reksa dana harian.

 

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail