PT Bank Mandiri Tbk menyatakan sejak pertengahan 2020 telah melakukan program cadangan kerugian penurunan nilai atau CKPN untuk sebagian dari kredit restrukturiasi tersebut. Saat ini, total pencadangan sebesar 19,5% dari total portofolio yang direstrukturisasi sebesar Rp 58,2 triliun.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin, mengatakan pihaknya juga sudah siap apabila relaksasi restrukturisasi tidak diperpanjang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Maret 2023 mendatang.
"Dari total Rp 58,2 triliun tersebut kita sudah melakukan pencadangan sebesar 19,5%. Jadi kita sudah siap apabila program relaksasi dari OJK tidak diperpanjang di bulan Maret 2023," katanya dalam Public Expose Live 2022, Kamis (15/9).
Dia menjelaskan, total portfolio debitur yang direstrukturisasi oleh perseroan mencapai Rp 98 triliun. Dari Rp 98 triliun tersebut, sampai dengan bulan Juni 2022, nilainya turun menjadi Rp 58,2 triliun. Setiap bulannya, bank bersandi BMRI itu melakukan reevalusi dari kredit restrukturisasi Covid 19 tersebut untuk melihat kemungkinan dari setiap akun yang direstrukturisasi untuk kembali normal.
"Tahun depan kami sudah siap dengan semua pencadangan yang diperlukan," katanya.
Siddik memperkirakan, penyaluran kredit tahun ini akan tetap naik. Sebelumnya, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8% dan saat ini optimis menjadi 11%. Meski begitu, di tahun depan, laju pertumbuhannya diperkirakan tak akan sekencang tahun ini, salah satu faktornya yaitu OJK yang kemungkinan tidak akan memperpanjang resktrukturisasi setelah Maret 2023.
"Pertumbuhan kredit industri perbankan akan sedikit lebih rendah dari tahun 2022. Tahun ini, kami memperkirakan kredit industri akan tumbuh 9,9%," katanya.
Sebelumnya, perseroan mencatat hingga akhir kuartal I 2022 perseroan mampu menjaga rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) di level 2,74% atau menurun dari periode setahun sebelumnya sebesar 3,30%.
Optimalisasi aset tersebut juga terlihat dari posisi return on asset (ROA) perseroan yang terus membaik ke level 3,34% pada akhir Maret 2022. Rasio tersebut lebih tinggi dari rata-rata ROA bank umum konvensional sebesar 2,34% dan ROA bank persero konvensional yang sebesar 3,00% pada Februari 2022.
Bank bersandi BMRI ini tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp 20,2 triliun pada kuartal kedua tahun ini. Laba bersih tersebut tercatat meningkat sebesar 61,7% secara tahunan. Pertumbuhan laba bersih itu ditopang oleh perolehan marjin bunga bersih perusahaan yang secara konsolidasi yang mencapai 5,37% di kuartal II 2022, naik 32 basis poin.