Bank Mandiri Kucurkan Rp 101 Triliun ke Sektor Hijau per September

Dokumentasi Bank Mandiri
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
2/11/2022, 15.57 WIB

Emiten bank BUMN, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), mendukung rencana pemerintah terkait komitmen pengurangan emisi sebesar 31.89% tanpa syarat, dan sebesar 43.2% dengan dukungan internasional pada 2030. Inisiasi itu ditunjukkan melalui penyaluran pembiayaan ke sektor hijau oleh perusahaan senilai Rp 101 triliun hingga September 2022. 

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pihaknya turut mendukung rencana pemerintah dengan konsisten mendorong kontribusi perseroan terhadap pembiayaan keberlanjutan dan pembiayaan hijau. 

"Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan atau sustainable sector sebesar Rp 221,1 triliun, atau 24% dari total kredit perseroan hingga kuartal III 2022," kata Darmawan dalam acara Mandiri Sustainability Forum 2022, Rabu (2/11). 

Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah menembus Rp 101 triliun atau setara dengan 11,1% dari total penyaluran kredit Bank Mandiri di kuartal III 2022.

Dirinya menyampaikan, perusahaan secara konsisten telah mengadopsi praktik-praktik Environtment, Social, and Governance (ESG) secara lebih luas, termasuk di dalam operasional perusahaan. 

“Krisis energi dan geopolitik telah menggeser isu keberlanjutan (sustainability) menjadi ketersediaan energi (energy affordability). Meski demikian, kami percaya bahwa isu ESG telah menjadi mainstream. Sekalipun ada guncangan, hal ini tetap menjadi penting ke depan,” katanya.

Selain itu,  Bank Mandiri juga merilis hasil riset Mandiri Institute. Dalam salah satu hasil riset Mandiri Institute menemukan sejumlah tantangan yang dihadapi sektor swasta dalam mengimplementasikan ESG. Antara lain, yaitu beragamnya indikator dalam mengukur implementasi ESG di tingkat korporasi. 

"Adopsi ESG bukan hanya sekedar mengikuti regulasi saja, tetapi juga mengenai langkah implementasinya terhadap strategi bisnis dan corporate practices untuk mendapatkan tangible benefit serta value creation yang lebih tinggi bagi perusahaan,” katanya. 

Dari data survei Mandiri Institute, ditemukan bahwa sekitar 60% responden yang berasal dari perusahaan tercatat atau terbuka mengalami kesulitan dalam menentukan indikator ESG yang akan digunakan.

Darmawan mengatakan perlunya dukungan terkait dengan peningkatan pemahaman terkait ESG. Hal ini termasuk mempersiapkan strategi dalam menghadapi tantangan dan mencapai potensi ESG ke depan. 

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail