Pergerakan emas dunia stagnan di dekat level terendah dalam dua bulan terakhir pada perdagangan, Senin (27/2). Hal tersebut dipengaruhi oleh data ekonomi AS yang kuat memicu kekhawatiran bahwa The Federal Reserve Amerika Serikat akan menerapkan lebih banyak kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi.
Melansir Reuters, emas spot tidak berubah pada US$ 1.810,48 per ons, pada pukul 03.17 GMT. Sedangkan emas berjangka AS datar di US$ 1.817,40.
Data pada hari Jumat menunjukkan belanja konsumen melonjak 1,8% bulan lalu kenaikan terbesar sejak Maret 2021.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi pilihan Fed, naik 0,6% bulan lalu, setelah naik 0,2% pada bulan Desember.
Kepala Penelitian Komoditas Geojit Financial Services, Hareesh V mengatakan pengeluaran konsumen yang tinggi selama dua tahun ditambah dengan angka pekerjaan yang kuat yang dirilis awal bulan ini akan memberikan kepercayaan kepada Fed untuk meningkatkan suku bunga guna mengatasi inflasi.
“Ini dapat mempengaruhi daya tarik emas,” kata Hareesh V, kepala penelitian komoditas Geojit Financial Services pada Reuters, Senin (27/2).
Menteri Keuangan A.S. Janet Yellen mengatakan kepada Reuters pada hari Sabtu bahwa data baru yang menunjukkan inflasi melonjak secara tak terduga pada bulan Januari menandakan perang melawan inflasi "bukan garis lurus" dan diperlukan lebih banyak pekerjaan.
"Ini akan membutuhkan lebih banyak upaya dari pihak Fed untuk mendapatkan inflasi pada jalur penurunan yang berkelanjutan menjadi 2%," kata Presiden Cleveland Fed Loretta Mester pada hari Jumat (24/2).
Harga emas mencapai level tertinggi sejak April 2022 awal bulan ini, tetapi sejak itu turun sekitar US$ 150 setelah data AS menunjukkan ekonomi yang tangguh dan pasar tenaga kerja yang ketat.
Pasar uang mengharapkan suku bunga target Fed mencapai puncaknya pada 5,4% pada bulan Juli, dari kisaran saat ini 4,50% hingga 4,75%.
Sebagai informasi, untuk menekan pertumbuhan harga yang tidak terkendali, The Fed menambahkan 450 basis poin ke suku bunga sejak Maret melalui delapan kenaikan. Sebelum itu, angkanya hampir nol setelah wabah global virus corona pada tahun 2020.
Direktur PT Laba Forexindo berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kenaikan pertama The Fed pasca-COVID adalah kenaikan 25 basis poin pada Maret tahun lalu. Kemudian naik dengan kenaikan 50 basis poin di bulan Mei.
Setelah itu dilakukan empat kenaikan ukuran jumbo berturut-turut sebesar 75 basis poin dari Juni hingga November. Sejak itu, telah kembali ke kenaikan 50 basis poin yang lebih sederhana di bulan Desember dan kenaikan 25 basis poin di bulan Februari.
Sedangkan harga emas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tak bergerak sejak Minggu (26/2) stagnan di angka Rp 1.012.000 per gram. Sedangkan harga pembelian kembali pun stagnan di level Rp 896.000 per gram.
Berikut harga emas Antam pada perdagangan Senin (27/2):
1 gram : Rp 1.012.000
3 gram : Rp 2.921.000
5 gram : Rp 4.835.000
10 gram : Rp 9.615.000
50 gram : Rp 47.745.000
100 gram : Rp 95.412.000.