Bank Indonesia mempertahankan BI 7 days reverse repo rate sebesar 5,75%, sedangkan suku bunga fasilitas simpanan alias deposit facility tetap 5%. Demikian pula dengan bunga pinjaman atau lending facility tetap sebesar 6,5%. BI sejak Agustus 2022 hingga bulan lalu telah menaikkan suku bunga acuannya mencapai 2,25%.
Managing Director and Head of Securities Services PT Bank HSBC Indonesia, Ali Setiawan melihat tingginya suku bunga tersebut dapat menopang kinerja perbankan Tanah Air. Bahkan dirinya menilai hingga akhir tahun, kinerja perbankan akan sangat cemerlang.
“Perbankan yang besar transaksinya akan menikmati spread yang cukup besar, dari suku bunga acuan dan suku bunga perbankan. Selain itu banyak Non Performing Loan (NPL) yang terakumulasi dalam beberapa tahun terakhir sudah beres bisa dilihat pada akhir tahun kinerja keuangan akan kinclong banget,” ujarnya dalam HSBC ASEAN Day, Jakarta Senin (11/4) malam.
Namun, Ali melihat pertumbuhan aset masih menjadi tantangan untuk perbankan. Karena seperti diketahui, kurang dari setahun, Indonesia akan memasuki periode kampanye untuk 2024 yang merupakan tahun politik. “Biasanya permintaan dari sektor korporasi akan melambat atau berkurang,” kata Ali.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan pada Desember 2022 penyaluran kredit perbankan tumbuh 11,35% dibanding setahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Dengan demikian, jika dihitung dari data OJK Desember 2021, nilai kredit perbankan pada akhir 2022 sudah mencapai sekitar Rp6,42 kuadriliun.
Pertumbuhan ini dipicu oleh jenis kredit modal kerja yang mampu tumbuh 12,17% (yoy) serta pertumbuhan kredit korporasi sebesar 15,44% (yoy).
Angka tersebut menunjukkan pada Desember 2022 kredit perbankan telah pulih dari dampak pandemi, karena pertumbuhannya sudah menyamai level pra-pandemi seperti terlihat pada grafik.