Harga emas turun tajam pada perdagangan Sabtu ini, menghentikan kenaikan selama tiga hari berturut-turut. Melemahnya emas karena dolar AS menguat menyusul pernyataan pejabat Federal Reserve yang memberi sinyal akan menempuh kebijakan moneter ketat atau hawkish.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, anjlok US$ 39,50 atau 1,92% menjadi ditutup pada US$ 2.015,80 per troi ons setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$ 2.061,60 dan terendah sesi di US$ 2.006. Sementara itu, emas berjangka melonjak US$ 30,40 atau 1,50% menjadi US$ 2.055 per troi ons pada Kamis (13/4).
Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, dalam sebuah pidatonya pada Jumat (14/4) mengatakan dia menginginkan lebih banyak pengetatan moneter meskipun ada bukti bahwa inflasi di Amerika Serikat turun dari tertinggi empat dekade.
Menurutnya, kebijakan moneter harus tetap ketat untuk jangka waktu yang cukup lama, dan lebih lama dari yang diantisipasi pasar. Suku bunga yang lebih tinggi menguntungkan dolar, sementara emas yang merupakan aset lindung nilai, tidak memberikan imbal hasil apa-apa.
"Dalam jangka pendek, emas bisa tetap sangat fluktuatif di kedua arah di sini," kata Ed Moya, analis platform perdagangan daring OANDA, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (15/4).
Terlepas dari kemunduran terbaru emas, Moya mengatakan ada cukup alasan bagi investor untuk tetap positif di aser safe haven ini. "Komentar hawkish Fed meningkatkan risiko bahwa Fed dapat melakukan lebih banyak pengetatan setelah Mei dan suku bunga mungkin perlu tetap lebih tinggi lebih lama," tambahnya.
"Agar inflasi dapat ditaklukkan, kita perlu melihat kesulitan ekonomi dan itu akan mendukung kasus bullish untuk emas."
Sementara itu, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan dalam wawancaranya dengan CNBC pada Jumat (14/4) menyebut resesi AS mungkin terjadi karena kenaikan tajam suku bunga The Fed selama setahun terakhir menyaring sepenuhnya perekonomian. Dia mendesak bank sentral untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan satu lagi kenaikan suku bunga seperempat poin persentase dapat memungkinkan The Fed untuk mengakhiri siklus pengetatannya dengan keyakinan bahwa inflasi akan terus kembali ke target bank sentral 2,0%.
Data ekonomi yang dirilis Jumat (14/4) beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga impor AS turun 0,6% pada Maret setelah tergelincir 0,2% yang direvisi pada Februari, jauh lebih besar dari yang diharapkan. Harga impor AS anjlok 4,6% secara tahun ke tahun.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS turun satu persen pada Maret secara bulan ke bulan. Ini lebih curam dari penurunan 0,4 persen yang diperkirakan, dan di atas penurunan 0,2 persen yang direvisi pada bulan sebelumnya.