EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Wapres Bagikan Cara Jaga Kepercayaan Masyarakat di Sektor Keuangan

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan arahan saat acara Anugerah Adinata Syariah 2023 di Jakarta, Jumat (26/5/2023). Penghargaan kepada pemerintah provinsi dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah itu diraih oleh Provinsi Jawa Timur sebagai juara umum.
19/6/2023, 12.21 WIB

Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin berpesan agar pemangku kepentingan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat di sektor keuangan terutama syariah. Hal itu menurutnya bisa dicapai melalui beberapa cara.

Pertama, pelaku sektor keuangan harus benar-benar menjaga kepercayaan masyarakat. Menurutnya pelaku sektor keuangan, otoritas pengawas, dan seluruh pihak yang terlibat dituntut untuk memiliki standar pengetahuan yang tinggi. Kemudian sikap profesionalitas, serta moral etika yang tinggi dalam pengelolaan sektor keuangan.

Wapres menekankan, fraud atau kecurangan di sektor keuangan bukan hanya dapat meruntuhkan kepercayaan masyarakat, melainkan juga berpotensi meruntuhkan perekonomian sebuah negara dalam waktu singkat.

Untuk itu, ia meminta pelaku usaha, regulator dan pengawas untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan standar dan prosedur yang ada.

"Keamanan data, sistem dan investasi nasabah harus betul-betul terlindungi," katanya dalam acara Peluncuran Aset EBAS-SP SMF-BRIS01, Senin (19/6). 

Kedua, perkuat prinsip kehatian-hatian di sektor keuangan. Dia mengimbau masyarakat untuk menghindari instrumen produk-produk yang berisiko tinggi.

"Apalagi dapat menimbulkan gagal bayar seperti pada kasus kredit perumahan di Amerika Serikat yang memicu krisis ekonomi global pada 2008," katanya. 

Ketiga, instrumen keuangan harus dikembangkan khususnya keuangan syariah. Keempat, meningkatkan edukasi masyarakat di mana profil risiko harus dijelaskan secara terbuka agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Wapres mengatakan bahwa ada beberapa tantangan keuangan syariah yang harus dibenahi. Salah satunya adalah rendahnya inklusi keuangan syariah yang baru 12,1%. Persentase tersebut tertinggal jauh dari inklusi keuangan konvensional yang mencapai 85,1%.

"Oleh karena itu hadirnya instrumen keuangan syariah di tengah-tengah masyarakat kita harapkan dapat menjadi katalisator capaian inklusi keuangan syariah nasional," katanya.

Tantangan selanjutnya yaitu tantangan literasi syariah yang juga baru 9,1% di 2022. Jumlah itu juga jauh di bawah indeks literasi keuangan secara keseluruhan 49,7%.

"Padahal literasi ini menjadi faktor intrinsik dan memotivasi masyarakat untuk mencari informasi terkait produk keuangan syariah," katanya. 

Menurut Wapres, bisnis keuangan syariah merupakan bisnis kepercayaan yang sangat vital terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, seluruh pihak yang terlibat dituntut untuk memiliki standar tinggi dalam pengelolaan sektor keuangan.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail