Industri keuangan diperkirakan akan semakin inovatif dalam meluncurkan produk digital yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat (consumer centric).
Sejalan dengan ini, kolaborasi antara perbankan dan platform teknologi finansial atau fintech dinilai semakin marak ke depannya.
Saat ini semakin banyak bank merilis produk digital, yang sudah lebih dulu dirilis oleh fintech.
Salah satu contohnya adalah produk Buy Now Pay Later (BNPL) alias Paylater yang pada awalnya ditemui di fintech, namun kini juga menjadi layanan andalan perbankan.
"Paylater ini basisnya dari layanan kartu kredit atau kredit tanpa agunan (KTA) yang kemudian disimulasikan dalam format digital. Produk yang awalnya diperkenalkan oleh fintech tersebut kemudian menjadi contoh bagi perbankan," ujar Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin, dalam keterangan tertulis, Senin (16/10).
Amin menambahkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah merilis aturan yang membuka keran bagi perbankan untuk merilis produk digital secara lebih leluasa.
Makanya, perbankan kini berlomba-lomba meluncurkan produk inovatif sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Melalui inovasi digital, perbankan kini bisa mensimulasikan berbagai layanan jasa perbankan ke dalam produk digital, seperti kredit, simpanan dan lain sebagainya.
“Inovasi produk yang memenuhi kebutuhan konsumen akan terus muncul dan menguat. Lembaga keuangan, baik bank maupun fintech, akan terus melakukan inovasi untuk bisa berdaya tahan dan adaptif di tengah persaingan yang ketat di era digital,” tambahnya.
Amin mengatakan, ekosistem menjadi kunci bagi lembaga industri keuangan untuk bisa memenangkan persaingan. Sebab, lembaga keuangan tidak bisa berjalan sendiri dalam transformasi digital.
Namun yang menjadi tantangan, kata dia, untuk membangun ekosistem sendiri, lembaga keuangan akan membutuhkan biaya yang sangat besar.
Jika punya modal besar, bank biasanya akan melakukan aksi merger dan akuisisi dalam strateginya. Namun, strategi seperti ini juga membutuhkan modal tak sedikit.
“Makanya, salah satu strategi yang efisien untuk membangun ekosistem digital adalah dengan menjalin kolaborasi antar lembaga keuangan, seperti antara perbankan dengan fintech,” ujarnya.
Amin mengungkapkan, kolaborasi menjadi salah satu solusi bagi lembaga keuangan untuk meningkatkan efisiensi dan mempercepat ekspansi guna memperluas target pasarnya.
Konsumen juga akan memiliki beragam pilihan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhannya dengan layanan yang memberikan kenyamanan dan keamanan serta harga yang murah.
Kolaborasi antara bank dan fintech, menurut Amin, tidak hanya terjalin dalam segmen jasa keuangan maupun segmen pembiayaan.
Ke depan, perbankan dan fintech juga berpeluang untuk menjalin kolaborasi dalam segmen simpanan untuk meningkatkan pangsa pasar dalam penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
“Kolaborasi ini akan memberikan keuntungan bagi dua pihak, lembaga keuangan dan fintech sebagai pemilik layanan, dan masyarakat sebagai konsumen akan lebih mudah terpenuhi kebutuhannya,” ungkap Amin.
Menurut laporan E-Wallet Industry Outlook 2023 dari Insight Asia, dari 1.300 warga perkotaan yang disurvei, 74 persen di antaranya sudah pernah menggunakan dompet digital.
Insight Asia juga menemukan, mayoritas responden pengguna dompet digital memanfaatkan platform tersebut untuk belanja online (79 persen), isi ulang pulsa (78 persen), transfer uang (78 persen), hingga membayar tagihan rumah tangga (45 persen).
"Teknologi finansial seperti e-wallet dan kode QR akan terus meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan membuka lebih banyak akses ke beragam aktivitas produktif," kata tim Insight Asia dalam laporannya.